Luhanga – Setidaknya 30 orang warga sipil tewas di desa Luhanga, bagian timur Republik Demokrasi Kongo Minggu (27/11/2016) waktu setempat.
Sebagian besar yang dibunuh adalah etnik Hutu dan pejabat setempat mengatakan milisi etnik Nande mendalangi pembantaian itu yang terbaru dalam siklus kekerasan selama setahun ini antara masyarakat kedua etnis provinsi Kivu Utara, Republik Demokrasi Kongo.
Joy Bokele, seorang pejabat pemerintah daerah Kivu Utara, mengatakan militan terlebih dahulu menyerang pos militer negara itu sebelum serangan terhadap Luhanga mulai.
“Mereka mulai dengan menyerang kedudukan pasukan pemerintah. Sementara mereka menyerang pasukan pemerintah, satu kelompok lainnya mengeksekusi penduduk dengan senjata tajam atau peluru,” kata Bokele seperti dilansir AFP
Masalah itu muncul dari masalah antara lain, persaingan etnis, penyerbuan asing dan perebutan tanah yang kaya mineral yang telah menimbulkan konflik terus-menerus di antara puluhan kelompok pemberontak Kongo timur dalam 20 tahun terakhir, yang menjatuhkan jutaan korban jiwa.
Ketegangan telah meningkat antara Hutu dan suku-suku tetangganya sejak tentara Kongo melancarkan serangan militer tahun 2015 terhadap FDLR atau milisi yang berasal dari Rwanda,yang mengakibatkan pengungsian sejumlah besar laskar dan kaum sipil Hutu.