
AGAKNYA untuk menunjukkan kemampuannya berperang pasca penangguhan bantuan militer dari Amerika Serikat, Ukraina melancarkan serangan udara besar-besaran dengan ratusan drone menyasar ibu kota Rusia, Moskow.
Kemhan Rusia seperti dikutip Reuters menyebutkan, ada 343 pesawat nirawak atau drone yang jatuh di wilayah Rusia, Selasa dinihari (3/2), 91 diantaranya menyasar Moskow, menewaskan tiga orang dan melukai 17 orang.
Serangan fajar itu terjadi menjelang perundingan antara pejabat AS dan Ukraina di Arab Saudi untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina saat pasukan Rusia mencoba mengepung ribuan tentara Ukraina di Kursk.
Wali Kota Moskwa Sergei Sobyanin mengatakan, serangan drone Ukraina kali ini adalah yang terbesar yang menyasar salah satu metropolitan terbesar di Eropa berpenduduk 21 juta jiwa itu.
Jubir Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, tindakan pencegahan telah memungkinkan Moskwa dan wilayah Rusia lainnya dipertahankan dari serangan yang menurutnya menghantam sejumlah bangunan tempat tinggal.
Sebaliknya, Staf Umum Ukraina mengatakan Ukraina menyerang fasilitas minyak di wilayah Moskwa dan Oryol Rusia dalam serangan pesawat nirawak semalam.
Serangan Ukraina kali ini agaknya dilancarkan sebagai balasan serangan 67 rudal jelajah dan 200-an drone Rusia , Kamis (6/3) yang menghancurkan sejumlah prasarana dan sarana publik di sekitar Kyiv.
Drone digunakan secara masif oleh kedua belah pihak sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Feb. 2022 yang diperkirakan telah menewakan ratusan ribu prajurit di kedua belah pihak, belum termasuk yang luka-luka serta kerusakan masif infrastruktur dan sruktur publik di Ukraina.
Rusia dikabarkan mengandalkan drone-drone kamikaze buatan Iran, Shahed -136 yang dimodifikasi menjadi Geran-2 dengan kemampuan yang ditingkatkan serta menggunakan mesiu thermobarik, menggantikan amunisi biasa.
Sebaliknya, Ukraina menggunakan drone-rone Bayrakhtar-2 buatan Turki, Predator MQ-9 buatan Amerika Serikat dan produk buatan dalam negeri seperti uria, PD2 Punisher dan Leleka-100.
Negosiasi damai yang digagas Presiden AS Donald Trump sedang berjalan da dalam perkembangan terakhir, pihak Ukraina dikabarkan bisa menerima kesepakatan gencatan senjata selama 30 hari.
Di jalur politik, negosiasi terkait perdamaian sedang digelar antara pejabat tinggi AS dan Ukraina di Riyadh, Arab Saudi, tapi di medan tempur, saling serang terus berlangsung.
Bagi-bagi tugas, misi diplomasi dan militer kayaknya! (Reuters/ns).