JAKARTA – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan berdasarkan laporan Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi, pandemi COVID-19 telah menghambat repatriasi ratusan ribu pengungsi Rohingya ke Myanmar.
Dia mengatakan Tim Tanggap Darurat dan Penilaian ASEAN (ERAT) belum dapat dikirim ke Negara Bagian Rakhine untuk menjalankan PNA.
“Kita berencana untuk menerjunkan comprehensive needs assessment team, namun hal ini belum dapat kita lakukan karena pandemi COVID-19,” ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pengarahan media setelah pertemuan tersebut, merujuk pada laporan Sekjen ASEAN, sebagaimana dilansir Antara, Selasa.
Tim tersebut bertugas mengidentifikasi kemungkinan area kerja sama di Negara Bagian Rakhine guna memfasilitasi proses repatriasi warga Rohingya, yang sebagian besar mendiami kamp-kamp pengungsian di wilayah perbatasan Cox’s Bazar di Bangladesh.
Selain proyek pembuatan FM radio melalui kerja sama dengan Myanmar Radio and Television, beberapa proyek yang direkomendasikan dan akan dijalankan antara lain mencakup peningkatan kapasitas dan pelatihan di bidang peternakan dan penanganan penyakit binatang.
Kemudian, peningkatan fasilitas pendidikan bagi pengungsi internal (internally displaced persons) terutama di bidang air, sanitasi, dan kebersihan, serta pelatihan 200 sukarelawan di bidang kesehatan.
Selain mempersiapkan penghidupan bagi pengungsi Rohingya pada saat mereka telah kembali ke Myanmar, tujuan dari PNA adalah untuk menilai kesiapan pusat-pusat penerimaan dan transit, termasuk lokasi relokasi potensial yang telah diidentifikasi oleh pemerintah Myanmar.
“Di dalam laporannya, Sekjen (ASEAN) juga menggarisbawahi bahwa situasi di Rakhine State merupakan situasi yang kompleks, karena itu diperlukan upaya bersama yang membutuhkan political will, persistency, resources (kemauan politik, ketekunan, dan sumber daya–red) untuk menyelesaikan isu kemanusiaan para pengungsi Rohingya tersebut,” tutur Retno.