RATA-rata tingkat kecerdasan (Intelligent Quotient – IQ) orang Indonesia berada pada urutan 129 menurut World Population Review (WPR) 2024 dari sekitar 197 negara di dunia yang disurvei.
Namun Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo meminta agar masyarakat tidak berkecil hati dengan skor IQ 78,49 atau berada di peringkat terbawah di antara negara-negara ASEAN bersama negara baru, Timor Leste.
IQ yang berarti kecerdasan intelektual skornya diperoleh dari tes standar yang dirancang untuk mengukur kemampuan kognitif seseorang yang mencerminkan mutu pendidikan dan SDM yang tersedia di suatu wilayah geografis.
Menurut Hasto, rendahnya IQ rata-rata penduduk Indonesia salah satunya disebabkan oleh stunting yang memperlambat pertumbuhan otak pada anak yang pada gilirannya berdampak pada kecerdasan.
“Stunting membuat anak anak tidak cerdas dan pertumbuhan otak defisit sehingga kemampuan intelektualnya tidak optimal. Kita boleh bersedih, tetapi tidak perlu minder, “ kata Hasto pada di peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 di Semarang, Sabtu (29/6).
Hasto menambahkan, kualitas sumber daya manusia (SDM) tidak cukup diukur dengan human development index tapi juga dengan human capital index, walau ia juga mengakui, peringkat human capital index Indonesia juga masih relatif rendah.
Selain itu, kata Hasto, kemampuan intelektual kategori high skill di Indonesia juga masih rendah, di mana mayoritas penduduk masih cenderung berkutat pada pekerjaan fisik yang lebih menguras tenaga (low skill).
Berdasarkan hasil riset WPR 2024 tersebut, rendahnya skor IQ di Indonesia dapat mengindikaiskan adanya kendala dalam program pendidikan yang harus dicarikan solusinya oleh pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat.
IQ Indonesia terendah di ASEAN
Skor IQ Rata-rata di Asia Tenggara dikutip dari laman WPR, dimulai dari Singapura, tertinggi (105,89) dan rekor ke-3 dunia, disusul Kamboja (99,75), ranking ke-2 Asia Tenggara dan ke-15 dunia, lalu Myanmar (91,18) ke-3 di Asia Tenggara dan peringkat ke-52 di dunia.
Vietnam denga skor IQ rata-rata 89,53 menempati peringkat ke-4 Asia Tenggara dan ke- 60 di dunia, Thailand (88,87) peringkat ke-5 Asia Tengggara dan ke-64 dunia, lalu Malaysia (skor 87,58) di peringkat ke-6 Asia Tenggara dan ke-73 dunia, sedangkan Brunei Darussalam (87,58) peringkat ke-7 Asia Tenggara dan ke-74 di dunia.
Filipina dengan skor 81,64 menempati peringkat ke-8 Asia Tenggara dan ke-110 di dunia, lalu Laos (80,99) menempati peringkat ke-9 Asia Tenggara dan 113 di dunia, sedangkan Indonesia dan Timor Leste menjadi juru kunci di Asia Tenggara (dengan skor 78,49) dan peringkat ke-129 dan ke-130 dunia.
Namun IQ bukanlah satu-satunya tolak ukur kecerdasan sebagai konsep yang kompleks dan multidimensi yang tidak dapat diukur secara menyeluruh dengan tes IQ.
Faktor-faktor lain seperti kreativitas, keterampilan memecahkan masalah, kemampuan beradaptasi, dan kecerdasan emosional juga berperan penting dalam menentukan kecerdasan seseorang.
Pertanyaannya lagi, apakah terkait faktor-faktor kecerdasan lain yang disebutkan selain IQ itu Indonesia juga sudah prima?
Carut marut pendidikan tercermin dari kasus-kasus pemalsuan dokumen kependudukan oleh orang tua murid untuk mengakali zistem zonasi atau “jalur siluman” untuk masuk ke sekolah favorit dalam program Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) juga berkontribusi membuat peran pendidikan dalam mencerdaskan bangsa termasuk meningkatkan IQ tidak optimal?
Agaknya perlu juga diteliti, ada tidaknya korelasi rendahnya IQ orang Indonesia yang sekitar 3,8 juta orang termasuk 1.000-an anggota parlemen (DPR dan DPRD) keranjingan judi online?