spot_img

Rezim Khadafy Sisakan Aset Triliunan Rupiah

LIBYA, walau tidak lepas dirundung konflik sepeninggal diktator legendaris Moammar Khadafy yang tewas ditembak, Oktober 2011 ternyata menyimpan aset ratusan triliun rupiah di luar negeri.

Keluarga Khadafy saja, menurut mantan Menkeu Inggeris George Osborne, pernah melarikan aset tiga milyar dollar AS (sekitar Rp42 triliun) pada 2011, bahkan menjelang kematiannya, uang senilai 900 juta pound sterling (sekitar Rp15,5 triliun) ditransfer ke Inggeris.

Presiden AS, Barrack Obama saja memerintahkan pembekuan 30 milyar dollar (sekitar Rp412 triliun) asset Libya, belum lagi yang dilakukan PBB antara lain berupa deposito di empat bank di Belgia (BNP Paribas, ING, KBC dan Euroclear) pada 2011.

Aset melimpah milik rezim Libya agaknya juga dimanfaatkan oleh Eurobank seperti dilaporkan TV dan Radio Belgia RTBF terkait aliran dana dari Belgia atara 2012 – 2017 sebesar 5,7 milyar dollar AS (sekitar Rp79,8 triliun), sebagian besar berupa bunga deposito.

Sementara Kepala Lembaga Pengelola Aset Libya (LIA) Ali Mahmoud Hassan kepada Reuters, Nov. 2018 menyebutkan, pihaknya berupaya menggandeng biro-biro akuntan internasional untuk menjernihkan persoalan terkait total 67 milyar dollar AS (sekitar Rp938 triliun) aset negerinya yang dibekukan di luar negeri.

PBB sendiri mempersyaratkan, pembekuan asset Libya tidak akan dicabut sebelum terbentuk pemerintahan yang berdasarkan proses demokrasi di negara itu, namun sejauh ini belum ada tanda-tanda, pertikaian di Libya akan berakhir.

Indonesia juga kecipratan tajirnya rezim Khadafy, paling tidak dari bantuan yang diberikan untuk membiayai pembangunan Mesjid Zikra di kawasan Sentul, Bogor senilai Rp50 milyar yang sampai saat ini dikenal sebagai Mesjid Khadafy. Seorang pilot asli kelahiran Bandung, Ganahadi Ratnuatmaja juga dipercaya menerbangkan pesawat kepresidenan Khadafy.

Khadafy yang berkuasa setelah menggulingkan Raja Idris pada 1969 dibunuh oleh kelompok Tentara Nasional Transisi (NCT) dibantu pasukan NATO dalam rentetan revolusi musim gugur Timur Tengah (Arab Spring) di kota kelahirannya Sirte, 20 Oktober 2011.

Sampai kini setelah sembilan tahun kematian Khadafy, Libya masih terus dilanda konflik berdarah akibat perebutan kekuasaan oleh para elite di negeri kawasan Maghribi, Afrika Utara berpenduduk sekitar tujuh juta jiwa itu.

Uang dan kekuasaan telah memerangkap para elite Libya, dan sebagai korbannya tentu saja rakyat (Reuters/ns)

spot_img

Related Articles

spot_img

Latest Articles