Rupiah terus melemah

NIlai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melorot akibat situasi politik dalam negeri dan situasi perekonomian global sebagai dampak kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump dan perang dagang AS vs China (foto: ist)

TREN pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS terus berlanjut, Selasa pagi (22/4),  dipicu oleh koreksi teknikal yang wajar, menyusul aksi jual dolar AS yang terjadi sebelumnya.

Nilai tukar rupiah menurut data pasar spot Bloomberg,  Selasa pagi pukul 09:00 melemah lagi 60 poin (0,36%) ke level Rp 16.866,5 per dolar AS dibandingkan pada perdagangan Senin, (21/4), yang sempat ditutup, menguat 70 poin (0,41%) di level Rp 16.806,5 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar terpantau naik 0,18 poin menjadi 98,46. Sedangkan imbal hasil obligasi AS 10 tahun terlihat naik 15 poin di level 4,4%.

Kurs rupiah terhadap dollar AS merupakan salah satu indikator penting bagi Indonesia untuk dapat menjaga tingkat inflasi.

Pengamat Pasar Uang sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra seperti dilaporkan kompas.com mengatakan, tren pelemahan rupiah yang terus berlanjut dapat berpengaruh pada industri yang memiliki utang dolar dalam jumlah yang besar.

“Industri atau perusahaan yang memiliki utang dalam dollar AS akan terbebani. Pemerintah kan juga megang utang dalam dollar AS juga kan, jadi pasti terbebani,” kata Ariston berapa waktu lalu.

Pelemahan nilai tukar rupiah yang berkepanjangan, menurut dia,  juga akan memengaruhi masyarakat secara luas.

Pasalnya sejumlah barang impor harus dibayar dengan dolar AS sehingga naik turunnya kurus dolar tehadap rupiah akan berpengaruh pada harganya.

“Tergantung berapa banyak impor kita dalam dolar AS, seperti terigu, daging. Mau tidak mau harga-harga akan naik ,” kata Ariston.

Ketika harga-harga kebutuhan masyarakat mengalami kenaikan, lanjutnya, hal pertama yang akan terpengaruh adalah daya beli masyarakat terhadap barang tersebut.

“Daya beli masyarakat bisa dipastikan akan turun. Selain itu, pelemahan rupiah terhadap dollar AS juga akan berimbas ke industri dengan bahan baku dari barang impor, “ tuturnya. Pada gilirannya terjadi penurunan produksi, berujung PHK.

“Bukan untuk  membalikkan (menguat-red). Itu tidak mungkin, tapi agar laju pelemahan tidak terlalu cepat, pelan-pelan, sehingga ada nafas untuk melakukan konsolidasi,” ungkap Ariston.

 Mata uang regional

Nilai tukar mata uang regional, menurut Ariston,  bergerak melemah terhadap dollar AS. Hal ini  mengidikasikan perlunya konsolidasi lagi, karena pasar masih khawatir pada masa depan ekonomi global terkait kebijakan tarif oleh Trump, walau ia bersedia bernegosiasi.

Sementara itu, harga emas dunia mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada penutupan perdagangan Senin (21/4) waktu AS atau Selasa (22/4) pagi WIB.

Emas menguat seiring pelemahan dollar AS dan meningkatnya kekhawatiran pasar akibat ketegangan perdagangan AS dan China.

Mengutip Reuters, harga emas di pasar spot melonjak 2,7 persen ke 3.417,62 dollar AS per ons, atau sekitar Rp56 juta (kurs Rp16.400 per dollar AS). Harga sempat menyentuh level tertinggi di 3.430,18 dollar AS per ons di pada awal sesi.

Sementara itu, emas berjangka di bursa Comex New York ditutup naik 2,9 persen ke 3.425,30 dollar AS per ons. Indeks dollar AS turun ke level 97,92, terendah sejak Maret 2022.

Pelemahan ini terjadi setelah komentar Presiden AS Donald Trump yang kembali menekan bank sentral AS, Federal Reserve.

Trump mendesak agar suku bunga acuan segera dipangkas. Ia bahkan mengancam akan memecat Ketua The Fed Jerome Powell jika permintaannya tidak dituruti.

Pernyataan tersebut dinilai sebagai bentuk intervensi terhadap independensi bank sentral dan menambah kekhawatiran pasar atas prospek ekonomi AS.

Pelemahan dolar membuat harga emas jadi lebih murah bagi pemegang sejumlah mata uang lain sehingga situasi ini turut meningkatkan minat investasi terhadap emas.

Harga emas naik

Perang dagang antara AS dan China yang belum mereda juga ikut mendorong harga emas naik. Pemerintah China menuding AS menyalahgunakan tarif perdagangan. Beijing juga memperingatkan negara lain agar tidak menjalin kesepakatan ekonomi dengan AS yang bisa merugikannya.

“Karena ketegangan tarif terus bereskalasi, kami terus melihat harga emas bergerak naik sebagai respons safe haven (aset lindung nilai),” kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures.

Meger memperkirakan harga emas mungkin akan mengalami koreksi jangka pendek karena aksi ambil untung.

Namun ia tetap optimistis tren jangka panjangnya masih menguat. “Akan ada kemunduran dan aksi ambil untung pada waktu-waktu tertentu, tetapi kami masih percaya bahwa tren yang mendasarinya adalah bergerak ke lintasan yang lebih tinggi,” ujarnya.

Di tengah gejolak ekonomi global, emas tetap menjadi pilihan aset lindung nilai. Permintaan emas yang meningkat ikut mengerek harga logam mulia ini ke level tertinggi.

Melansir OCBC, penurunan nilai rupiah tidak terjadi secara mendadak. Ada beberapa faktor kunci yang menjadi penyebabnya, seperti: situasi politik dan ekonomi dalam negeri yang belum stabil dan situasi global ditandai perang berkepanjangan daang Rusia-China.

Situasi perekonomian domestik dan global masih tidak menentu, semua pihak agaknya masih perlu mengetatkan ikat pinggang.

 

 

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here