MOSKOW – Agaknya Pemerintah Rusia tidak main-main terhadap larangan impor makanan dari Eropa, Kamis (6/8/2015) kemarin, Pemerintah menghancurkan ratusan ton bahan makanan dari Eropa yang disita dari importir nakal. Tindakan itu sebagai balasan atas sanksi barat terhadap Rusia menyangkut masalah Ukraina.
Presiden Vladimir V. Putin memerintahkan pejabat terkait untuk melemparkan tumpukan besar daging babi, tomat, persik dan keju ke tempat pembuangan sampah dan insinerator sampah.
“Anda bisa melihat di belakang saya, tidak ada yang tahu keju itu dibuat di mana, semuanya tanpa label,” ungkap wartawan TV 24 Rusia, Yekaterina Mironova, melaporkan. Ia berdiri di depan gundukan keju raksasa yang tengah dibuldoser.
“Keju asal Jerman dibakar di Pulkovo,” tulis salah satu headline di portal berita Gazeta.ru.
Sepanjang krisis Ukraina, telah terjadi perang yang nyata di mana lebih dari 6.000 orang telah gugur dan di sela-sela perang, juga terjadi perang perdagangan makanan. Rusia memiliki track record menerapkan aturan impor pangan secara politik.
Pada 2013, Kremlin dilarang mengimpor cokelat Ukraina, mereka membuat alasan masalah kesehatan. Ketegangan meningkat, Rusia melarang produk susu seperti yogurt dari Eropa beredar dan masuk ke Rusia.
Setelah negara-negara Barat memberlakukan sanksi terhadap bank-bank Rusia dan perusahaan minyak, karena dukungan Moskow untuk separatisme di timur Ukraina. Pemerintah Rusia berubah, mereka melarang impor apapun dari Eropa dan Amerika.
Namun demikian, menurut laporan New York Times, masih banyak produk makanan yang lolos dari pabean Rusia, yang berkemungkinan karena korupnya petugas Pabean itu. Hal ini ditandai dengan masih ditemukannya makanan dan dari Eropa di toko-toko kelontong di Moskow. Seperti Keju berpori dari Denmark, Keju dari Swiss dan Ham kaleng.