Saham TikTok di AS Dikontrol Trump

Ilustrasi TikTok (Foto: Ist)

JAKARTA, KBKNews.id – TikTok di Amerika Serikat (AS) kini berada di bawah kendali investor AS. Sementara induk perusahaan asal China, ByteDance, hanya akan memegang 19,9% saham.

Presiden AS Donald Trump setuju Oracle, Silver Lake, dan MGX asal Abu Dhabi mengusai sekitar 45% saham. Sedangkan sisanya dimiliki investor ByteDance.

Seperti dilansir dari Naver, Jumat (26/9/2025), Trump menandatangani kesepatakan itu di Gedung Putih.

Dengan struktur baru ini, investor AS menjadi pemegang mayoritas, sementara ByteDance tidak bisa menguasai lebih dari 20% sesuai aturan “TikTok Ban Act”. Dari tujuh anggota dewan direksi, ByteDance hanya boleh menunjuk satu orang dan tidak memiliki kursi di komite keamanan perusahaan.

Seluruh data pengguna AS akan disimpan di server cloud khusus milik Oracle di Amerika, sementara algoritme TikTok akan dipantau dan dilatih ulang oleh mitra keamanan terpercaya dari AS. Perintah eksekutif juga memberikan waktu 120 hari untuk menyelesaikan divestasi sebelum larangan diberlakukan.

Wakil Presiden JD Vance yang hadir dalam penandatanganan menyebut valuasi unit bisnis TikTok di AS mencapai 14 miliar dolar AS. Ia mengakui adanya resistensi dari China, namun menegaskan bahwa kesepakatan ini memberi keuntungan besar bagi investor. “Kami tidak ingin TikTok dijadikan alat propaganda pemerintah manapun,” katanya.

Meski harga akuisisi belum diungkapkan, belum ada tanda bahwa pemerintah China akan merevisi undang-undang untuk memperlancar transaksi. Beberapa tokoh baru disebut ikut serta sebagai investor, termasuk Michael Dell dan Rupert Murdoch melalui Fox Media Group. Sementara itu, investor lama seperti General Atlantic, Susquehanna, dan Sequoia masih mempertahankan kepemilikan mereka.

Trump menegaskan Oracle, melalui pendirinya Larry Ellison, akan berperan penting dalam pengawasan data dan algoritme TikTok. Namun, berbeda dengan wacana sebelumnya, pemerintah AS tidak mengambil saham atau golden share dalam kesepakatan ini.

Latar belakang keputusan ini bermula dari disahkannya “TikTok Ban Act” pada April lalu, yang mewajibkan penjualan operasi TikTok di AS. Trump sempat menunda penerapan aturan tersebut demi membuka ruang negosiasi dengan China. Kesepakatan akhirnya dicapai pada 14 September dan dikonfirmasi lewat panggilan telepon antara Trump dan Presiden Xi Jinping pada 19 September.

Meski begitu, Financial Times menilai kesepakatan ini masih rapuh karena adanya tarik-ulur besar dalam negosiasi dagang AS–China. Di sisi lain, sebagian anggota Kongres AS menentang kompromi ini, bahkan mendorong penghentian total layanan TikTok di AS atau pemisahan penuh dari ByteDance.

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here