
PRESIDEN Tanzania, Samia Suluhu Hassan, dinyatakan menang dengan lebih dari 97 persen suara, dalam pemilu berdarah yang yang berujung tewasnya sekitar 700 ratusan orang akibat bentrok dengan aparat keamanan.
Dari hasil pemungutan suara yang diumumkan Pemilu Tanzania, menurut CNN, Minggu (2/11), Samia yang mengambil alih kekuasaan pada 2021 setelah pendahulunya meninggal, akan menjabat lima tahun ke depan di negara Afrika timur berpenduduk 68 juta jiwa itu.
Kemenangan telak belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah tersebut. Hanya Paul Kagame, pemimpin otoriter Rwanda, yang secara rutin menang telak.
Tanzania sendiri diguncang demo besar setelah negara Afrika Timur itu menyelenggarakan pemilu pada 29 Oktober lalu. Pemilu itu meliputi pemilihan presiden, parlemen, hingga dewan lokal.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia, termasuk Amnesty International, melaporkan adanya pola penghilangan paksa, penangkapan sewenang-wenang, dan pembunuhan di luar hukum di Tanzania menjelang pemilu.
Partai oposisi Chadema melaporkan jumlah tersebut merupakan akumulasi dari demonstrasi yang telah berlangsung sejak Rabu (29/10).
Korban 700 orang
Jumlah kematian di Dar (es Salaam) sekitar 350 dan di Mwanza 200 lebih. Ditambah dengan korban dari tempat-tempat lain di seluruh negeri, totalnya sekitar 700 (orang), kata jubir Partai Chadema John Kitoka seperti dikutip AFP.
Pemilu tersebut dikritik keras karena dugaan kecurangan yang dilakukan Samia Suluhu Hassan serta partainya yang berkuasa Chama Cha Mapinduzi.
Samia dituduh berusaha memenangkan pemilu dengan menjegal rival-rivalnya. Dua kandidat calon presiden dari pihak oposisi dilarang dan didiskualifikasi dari pencalonan.
Ia pun cuma melawan 16 kandidat dari partai-partai kecil yang bahkan nyaris tidak ikut berkampanye.
Dilaporkan AP, masyarakat marah dan protes besar-besaran di berbagai kota, termasuk Dar es Salaam. Mereka menentang pemilu yang tidak bebas dan adil.
Polisi dan militer lantas dikerahkan untuk menertibkan massa. Pemerintah juga memberlakukan jam malam, memblokir internet, serta membatasi akses ke media sosial. (CNN/AP/ns)




