BALI – Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso menegaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan sembilan bandara terdekat dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai serta ratusan bus untuk antisipasi erupsi Gunung Agung.
Semua itu, rencana dan antisipasi sehingga transportasi “jembatan udara” itu tidak terganggu jika terjadi kondisi yang paling buruk.
Sebaliknya, selama tidak ada abu vulkanis, berarti tidak ada masalah untuk penerbangan udara dari dan ke Bali.
Kesembilan bandara tersebut meliputi Bandara Juanda Surabaya, Bandara Blimbingsari Banyuwangi, Bandara Adi Sumarmo Solo, Bandara Lombok, Bandara Komodo Labuan Bajo, Bandara Hassanudin Makassar, dan Bandara Sepinggan Balikpapan.
Selain itu, juga Bandara Sam Ratulangi Manado dan Bandara Pattimura Ambon untuk penerbangan internasional yang biasanya datang beberapa negara, di antaranya dari Hong Kong dan Tokyo.
Jika kondisi darurat terjadi di Pulau Dewata akibat semburan abu vulkanis Gunung Agung yang kini berstatus awas, rute pesawat menuju Bali, terutama dari mancanegara dialihkan kesembilan bandara tersebut.
Dilansir Antara, penyiapan skenario itu telah dilakukan sesuai dengan prosedur berdasarkan laporan citra satelit kondisi abu vulkanis dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan “digital numerical report” dari Vulcanic Ash Advisory Center (VAAC) Darwin Australia.
Demikian pula, laporan juga dapat dikontribusikan berdasarkan pengamatan mata dari pilot yang kebetulan melihat perkembangan abu vulkanis.
Penutupan Bandara Ngurah Rai sementara dapat dilakukan jika sudah ada laporan dari dua parameter dari tiga laporan tersebut.
Jika laporan baru satu, belum bisa menutup bandara dan segera akan membuat validasi. Keputusan menutup bandara, sangat ditentukan oleh arah angin yang dapat membawa sebaran abu vulkanis.