Stok beras berlimpah, harganya malah naik

Di saat stok beras tertinggi dalam sejaraha nasional, harganya malah naik akibat persoalan distribusi (ilustrasi: dok. istimewa)

FENOMENA kontradiktif terjadi di pasar beras nasional, di mana di satu sisi, Indonesia mencatat sejarah dengan capaian stok beras nasional yang sangat melimpah, namun harganya malah naik disebabkan persoalan distribusi.

Mengacu pada Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Jumat (22/8) pukul 07.55 WIB, harga rata-rata beras premium di tingkat konsumen Rp16.023/kg secara nasional.

Harganya naik 7,54% dari HET nasional beras premium yang dipatok sebesar Rp14.900/kg. Akan tetapi, bila dibandingkan pada pekan lalu, harga beras premiun turun 1,32%.

Kenaikan harga beras premium di atas HET terjadi di semua wilayah, di zona 1 senilai Rp15.550/kg, zona 2 senilai Rp16.301/kg, dan zona 3 senilai Rp18.594/kg.

HET beras premium di zona 1 adalah Rp14.900/kg, zona 2 senilai Rp15.400/kg, dan zona 3 senilai Rp15.800/kg.

Kondisi serupa juga terjadi pada harga beras medium yang secara rata-rata nasional juga naik menjadi Rp13.997/kg. Harga beras tersebut naik 11,82% dari HET nasional yang semestinya di level Rp12.500/kg.

Namun, harga beras medium turun 2,4% dibandingkan pekan lalu.

Harga rata-rata beras medium di semua wilayah kompak naik dan melampaui HET. Perinciannya, harga rata-rata beras medium di zona 1 dibanderol Rp13.864/kg, zona 2 senilai Rp13.739/kg, dan zona 3 senilai Rp16.952/kg.

HET beras medium di zona 1 dipatok Rp12.500/kg, zona 2 senilai Rp13.100/kg, dan zona 3 adalah Rp13.500/kg.

Beras SPHP naik tipis

Sementara itu, harga rata-rata beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) atau beras Bulog naik tipis sebesar 0,36% dari HET nasional Rp12.500/kg menjadi Rp12.545/kg di tingkat konsumen.

Harga rata-rata beras SPHP di semua wilayah kompak di bawah HET. Secara terperinci, beras SPHP di zona 1 adalah Rp12.327/kg, zona 2 senilai Rp12.783/kg, dan zona 3 senilai Rp13.500/kg.

Mentan Andi Amran Sulaiman sebelumnya mengeklaim harga beras di sejumlah provinsi sudah mulai turun lantaran sebelumnya harga komoditas tersebut kerap bertengger di atas HET.

Penurunan tersebut didorong oleh penyerapan gabah dengan harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500/kg.

Amran memerinci beberapa provinsi yang mengalami penurunan harga beras mencakup Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Sulawesi Selatan, hingga Aceh.

Menurutnya, jika harga beras di lini hulu alias dalam bentuk gabah sudah turun, maka harga di tingkat hilir juga

akan mengikuti.

Amran juga menyebut penurunan harga beras di masyarakat juga merupakan hasil dari penyaluran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) oleh Perum Bulog.

“Kita akan kucurkan [beras SPHP] 1,3 juta ton, dan ini mungkin tertinggi sepanjang sejarah yang kita salurkan. Biasanya cuma 300.000 atau 200.000 ton,” ungkapnya.

Masalah Jalur distribusi

Sementara itu Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan, penyebabnya karena jalur distribusi yang tidak optimal.

“Jika distribusi di lapangan berjalan lancar, harga beras akan kembali normal, “ ujarnya.

“Jika di ritel modern saja jumlahnya kurang, berarti distribusinya  yang harus dibenahi,” kata Budi usai rakor di Kantor Kemenko Bidang Pangan, Jakarta, Rabu (20/8).

Pihaknya kini tengah membenahi penyaluran beras agar tidak terjadi kelangkaan. Ia juga mengklaim harga beras sudah mulai turun seiring meningkatnya pasokan di pasar tradisional maupun ritel modern.

“Sudah mulai (turun), sebagian sudah mulai turun. Sekarang di ritel modern juga sudah mulai banyak,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menyebut penyaluran program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) oleh Perum Bulog juga terus ditingkatkan meski belum sepenuhnya terealisasi.

“SPHP juga sudah mulai jalan walaupun belum 100%. Kami bersama Bapanas terus mendorong percepatan distribusi dan membantu pengawasan di lapangan,” pungkas Budi.

“Stok beras mencetak sejarah, kontradiktif, harga tetap naik. Stok melimpah tidak boleh hanya menjadi angka di gudang, tapi harus segera digelontorkan ke pasar untuk menekan harga,” kata Ketua F-Partai Golkar, Sarmuji dalam keterangannya, Jumat (22/8).

Menurutnya, pemerintah bersama Bulog harus lebih agresif dalam memastikan distribusi beras dari gudang ke pasar berjalan cepat, tepat, dan merata.

Mekanisme operasi pasar perlu diperluas, terutama ke wilayah-wilayah dengan tren harga tinggi, agar cadangan beras nasional benar-benar memberi dampak positif pada stabilitas harga.

“Ketersediaan pangan adalah satu hal, keterjangkauan harga adalah hal lain. Keduanya harus berjalan seiring agar masyarakat terlindungi,” ujarnya.

“Kuncinya ada di percepatan distribusi. Jangan sampai rekor cadangan pangan ini hanya tercatat di kertas, tapi rakyat masih menjerit karena harga beras tinggi. Bulog punya kapasitas dan instrumen, tinggal dipercepat dan dimaksimalkan,” sebutnya.

Dengan cadangan beras terbesar sepanjang sejarah ini, menurut Sarmuji, pemerintah punya peluang emas untuk menunjukkan keseriusannya dalam menjaga stabilitas pangan.

“Momentum ini harus dimanfaatkan. Jangan biarkan masyarakat bingung dengan ironi: beras melimpah di gudang, tapi mahal di pasar,” pungkasnya.

Merujuk data Perum Bulog, stok beras nasional Indonesia mencapai 4.251.259 ton, terdiri dari cadangan pemerintah sekitar 4.237.120 ton ditambah stok komersial sekitar 14.139 ton.

Angka ini merupakan capaian tertinggi dalam sejarah Bulog sejak didirikan pada tahun 1969, dan mencetak rekor cadangan pangan nasional.Proyeksi Beras RI, surplus 9,33 Juta Ton

Dirut Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, mencatat total pasokan beras mencapai 33,9 juta ton dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Ia menjelaskan, stok beras tersebut memiliki variasi usia simpan yakni dengan usia simpan satu bulan mencapai 318.996,35 ton, sementara stok dengan usia dua sampai tiga bulan 1,068 juta ton.

Bagi rakyat Indonesia, beras adalah komoditi strategis, sehingga keterjangkauan terkait harganya dan keberadaan stoknya harus tetap dijaga.

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here