JAKARTA – Bullying adalah tindakan atau perilaku agresif yang dilakukan secara berulang, di mana satu atau sekelompok orang dengan kekuasaan tertentu sengaja mengintimidasi, menyalahgunakan, atau memaksa orang lain dengan tujuan menyakiti secara fisik maupun emosional.
Cara menghindari bullying di sekolah merupakan hal penting yang perlu diketahui mengingat dampaknya sangat berbahaya bagi keselamatan dan kesejahteraan korban, baik secara fisik maupun psikologis.
Psikolog klinis dan anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Dyah Larasati, M.Psi, menyatakan bahwa memperbanyak teman bisa menjadi salah satu strategi untuk menghindari perundungan.
“Salah satu strategi untuk mengalahkan kasus bully adalah dengan memperluas pertemanan. Sebab, kalau kita terlihat banyak bicara (talkative), punya banyak teman, nggak sendirian, yang bully jadi berpikir dua kali untuk melakukan,” jelas Dyah dalam diskusi daring bertajuk “Stop Bullying” yang diselenggarakan Puskesmas Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2024).
Selain itu, Dyah juga menyarankan agar korban perundungan berani menceritakan pengalaman mereka kepada pihak yang dipercaya, seperti orang tua, guru, atau psikolog.
Dyah menjelaskan bahwa korban tidak perlu takut kepada pelaku, karena pelaku perundungan biasanya melakukan hal tersebut karena merasa kesepian atau ketakutan. Untuk melindungi dirinya, pelaku melakukan perundungan agar terlihat kuat.
Selain itu, pelaku mungkin memiliki kecenderungan kepribadian tertentu, seperti gangguan kepribadian narsis (narcissistic personality disorder – NPD), di mana mereka cenderung tidak mampu berempati. Jika pelaku memiliki masalah ini, mereka memerlukan bimbingan dari psikolog atau psikiater.
Terakhir, pelaku perundungan mungkin juga melakukan tindakan tersebut karena telah mempelajari perilaku dari sekitarnya, misalnya mereka pernah mengalami kekerasan fisik atau verbal.
“Misal dia pernah mengalami verbal abuse. Dibilang dasar bodoh, mau jadi apa kamu orang gagal. Kalau itu menjadi bahasa dia, mau nggak mau dunia yang dia pikir adalah seperti itu. Akhirnya dia melakukan itu kepada orang lain,” jelas Dyah.
Oleh karena itu, untuk menangani kasus perundungan, penting juga melakukan pendekatan terhadap lingkungan atau orang tua pelaku.