PULAU KERA – Anak-anak perempuan usia sekolah dasar tampak bersemangat sekali menuju masjid. Dengan mukena bermotif tokoh kartun, bunga-bunga dan berwarna-warni mereka menyongsong masjid ‘baru’ mereka, Darul Bahar, di Pulau Kera, Kupang Nusa Tenggara Timur. Tampilan Darul Bahar yang terlihat megah dan kokoh itulah tampaknya yang memicu semangat anak-anak warga Pulau Kera belajar agama dan mengaji di Taman Pendidikan Al-Quran Darul Bahar.
“Alhamdulillah setelah masjid selesai direnovasi total, anak-anak di sini semangat dan rutin kembali mengaji di TPA di masjid. Tadinya kegiatan TPA menempati salah satu rumah warga atau rumah kami, karena kondisi masjid sebelumnya kurang memadai untuk kegiatan seperti itu,” tutur Bantiu Sabana, imam Masjid Darul Bahar yang juga tokoh di Pulau Kera.
Pulau Kera, yang berada di Teluk Kupang, dengan luas 26 hektar hanya memiiki satu masjid sejak 1996. Sejak itu hingga kemudian Aksi Cepat Tanggap (ACT) merenovasi berkat donasi donor-donor dalam program “Tepian Negeri”, Darul Bahar berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Jika hujan datang, air dari langit akan masuk melalui atapnya atau tampias melalui terasnya.
“Jika musim angin barat atau timur datang, pasir-pasir pantai akan beterbangan masuk kedalam masjid. Ya ini karena waktu itu kondisi masjid bangunannya jauh dari permanen. Begitu juga dengan bak penampungan airnya, kami hampir kesulitan mengambil wudhu dari sana, karena kerap bocor dan sulit air juga di sini,” urai Bantiu lagi.
Kini, setelah tampil dengan wajah baru, Masjid Darul Bahar memiliki luas bangunan 10×12,5 meter persegi, dari sebelumnya yang hanya 6×7 meter persegi saja. Seluruh warga Pulau Kera juga tak perlu kuatir lagi tak dapat beribadah di masjid ini, karena sekarang daya tampung masjid dapat menerima 200 jamaah. Pemanfaatan masjid saat ini, warga rutin menunaikan salat 5 waktu dan tentu saja salat Jum’at, majelis taklim kaum lelaki dan perempuannya, pertemuan warga serta Taman Pendidikan Al-Quran. “Bahkan dipakai juga untuk anak-anak sekolah, karena di sini kami tidak punya bangunan sekolah permanen,” imbuh Bantiu.
Mewakili warga Pulau Kera, Bantiu menyatakan warga pulau merasa sangat bahagia dan senang dengan tampilan baru Masjid Darul Bahar. Sebabnya selama ini belum pernah sedikit pun ada bantuan yang datang ke pulau, baik dari pemerintah atau lembaga-lembaga lain. Padahal katanya, sebagai bagian dari Taman Wisata Alam Laut (TWAL), keberadaan Pulau Kera tak jauh dari Kota Kupang,
“Hanya 40 menit penyebrangan pakai perahu mesin. Tapi Alhamdulillah, hanya ACT-lah yang memperhatikan kami di sini. Mudah-mudahan ke depannya ACT bisa membantu warga pulau untuk program lain. Kami di sini belum punya sekolah, banyak yang buta huruf, tidak ada fasilitas layanan kesehatan, sanitasi air, juga peralatan beribadah atau buku-buku keagamaan,” Bantiu Sabana menuturkan harapan panjang untuk warganya. ACTNews