Tim ACT Kembali dari Nepal

0
279

JAKARTA – Sabtu pagi, (9/5/2015), Ketua ACTion Team for Nepal, Syuhelmaidi Syukur dan Wahyu Novyan, dua dari tiga personel yang dikirim ACT merespon gempa Nepal, tiba di Tanah Air setelah beraksi selama 12 hari.
 
“Kami bahagia, tim pertama yang kami tugaskan membantu korban gempa Nepal, sudah kembali dalam kondisi sehat. Semoga Allah memberkahi Syuhelmaidi Syukur dan Wahyu Novyan, juga menjadikan kerja kemanusiaan yang dilakukan mengundang keberkahan Allah untuk Indonesia,” ungkap Presiden ACT yang ikut menyambut kepulangan tim ini di bandara Soekarno-Hatta.
 
Syuhelmaidi mengatakan, aktivitas ACT di Nepal, berjalan lancar. “Kami mendapat kemudahan menggelar aktivitas kemanusiaan, baik di Kathmandu dan sekitarnya maupun ke pelosok desa yang sampai kami datang belum tersapa bantuan dari manapun,” jelas Syuhel.
 
ACT, kata Syuhel, menghadapi tantangan mengedukasi masyarakat Indonesia. “Relawan-relawan lokal Nepal meneruskan permohonan dukungan rehabilitasi sekolah, fasilitas umum?, dan permukiman. Mereka mengungkap penghargaan yang tinggi untuk Indonesia. Ini momentum berkompetisi dalam kebaikan. Dengan dukungan donor society ACT terutama dari Indonesia, kami yakin bisa berbuat banyak untuk Nepal,” harap Syuhel yang juga Senior Vice President ACT.
 
Wahyu Novyan menambahkan,”Kami mendapat sambutan luar biasa dari warga Nepal, terutama yang di pedesaan. Sebagian orangtua sangat ingin anak-anaknya bisa mendapat beasiswa atau bekerja di Indonesia. Indonesia di mata mereka, negara yang baik dan menjanjikan untuk masa depan anak-anak mereka.”
 
Dua pegiat kemanusiaan: Syuhel dan Wahyu, siap berbagi inspirasi dan pengalaman, dan mengedukasi khalayak Indonesia untuk menggalang dukungan memulihkan Nepal. Sementara itu, Bambang Triyono yang berjibaku menghimpun data dan menyusun sejumlah laporan kemanusiaan, masih bertugas di Nepal.

“Bambang mendukung kiprah tim kedua yang dipimpin Yusnirsyah Sirin, bersama dua dokter – Fakhrur Razi dan Fariz Elhaq, serta paramedis, Krisdiansyah, masih di pelosok-pelosok desa di Nepal. Ternyata, menggelar layanan medis, lebih berat dibanding distribusi logistik. Untuk medis, kami layani satu demi satu, dan mendatangi shelter-shelter yang bertebaran di mana-mana,” ungkap Syuhel yang mengalami berjalan kaki berjam-jam karena jalan raya tak bisa dilalui mobil karena kena longsor, saat mendistribusikan bantuan. -ACTNews

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here