JAKARTA – Dana Penduduk Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Population Fund (UNFPA) menyoroti tingginya angka kematian ibu pasca-persalinan di Indonesia.
Dokter Spesialis Kesehatan Seksual dan Reproduksi dari UNFPA Sandeep Nanwani memaparkan data kematian ibu pasca-persalinan di Indonesia mencapai 189 per 100.000 persalinan.
Dia mengungkapkan, angka tersebut terbilang tinggi di wilayah Asia Tenggara, sebab sejumlah negara tetangga memiliki angka yang lebih rendah, seperti Singapura dengan 7 per 100.000 persalinan, Thailand dengan 29 per 100.000, dan Vietnam dengan 46 per 100.000 persalinan.
“Ini sangat pity (menyedihkan), tidak sesuai dengan kondisi ekonomi Indonesia yang meningkat setiap tahunnya,” kata Sandeep.
Sandeep mengungkapkan perdarahan pasca-persalinan menjadi salah satu faktor utama atas tingginya angka kematian ibu tersebut. Oleh karenanya, ia memaparkan sejumlah langkah berdasarkan studi klinis untuk mengurangi tingginya angka kematian pasca-persalinan yang diakibatkan oleh perdarahan.
Pertama, kata dia, dengan menurunkan angka anemia pada ibu hamil sebanyak 25 persen, yang bisa dilakukan dengan skrining dan pemberian tablet penambah darah pada remaja putri dan calon pengantin.
“Jika ini dilakukan, maka kita bisa menurunkan angka kematian hingga 10 persen,” ujarnya.
Langkah selanjutnya, kata Sandeep, dengan melakukan deteksi dini perdarahan pasca-persalinan, dari yang rata-rata sekitar 50 persen menjadi 90 persen. Upaya ini bisa menurunkan angka kematian hingga 50 persen.
Langkah ketiga, dengan melakukan tindakan secepat-cepatnya jika ditemukan perdarahan pada saat persalinan, yang bisa mengurangi tingkat kematian hingga 12 persen.
“Dan luar biasanya, kalau semua ini dilakukan maka secara efektif angka kematiannya bisa menurun hingga 80 persen,” ucap Sandeep.