
WARGA di sejumlah kota di Indonesia mulai “berburu” logam mulia atau emas untuk mengantisipasi kondisi perekonomian yang tidak menentu, baik di dalam negeri mau global.
Di Jakarta misalnya, kekhawatiran terhadap ketidakstabilan ekonomi mendorong sejumlah warga berburu emas Antam di Butik Emas Logam Mulia di Gedung Antam, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Senin (14/4).
“Saya pikir, nabung uang rupiah bisa anjalk nilainya. Selain itu, sekarang. emas lebih stabil, makanya saya datang beli hari ini,” ujar salah satu pembeli emas Antam, Yanti (50) kepada Kompas.com.
Situasi Butik Emas Logam Mulia Antam di Gedung Antam Senin pagi dipenuhi pembeli, dipicu meningkatnya minat masyarakat menjadikan emas sebagai investasi.
Beberapa pembeli bahkan rela datang selepas Subuh. “Saya datang jam 7.48 WIB sudah sepi. Tadi sempat saya tanya, sudah ramai dari jam 7.00, cuma pada pulang karena stok habis,” jelas Yanti.
Yanti menduga lonjakan pembeli juga dipengaruhi oleh fenomena Fear of Missing Out (FOMO). Menurutnya, banyak orang membeli emas karena takut ketinggalan, terutama saat harga emas mulai naik.
Tidak hanya di Jakarta, euforia berburu emas juga rata terjadi di seluruh outlet Galeri 24 di seluruh Indonesia. Saat ini emas masih akan menjadi primadona di tengah ketidakpastian ekonomi global, karena selain likuid, emas juga tahan terhadap inflasi untuk menjaga nilai kekayaan.
Namun tidak semua pembeli berhasil membawa pulang emas. Sebagian dari mereka harus kecewa karena stok emas Antam dijual terbatas. Butik hanya membatasi penjualan gift series untuk 50 orang per hari.
Warga Surabaya
Di Surabaya, warga yang ramai-ramai membeli emas batangan dalam beberapa pekan terakhir menarik perhatian publik.
Pengamat ekonomi Universitas Airlangga (Unair), Gigih Prihantono menjelaskan, fenomena ini bisa dilihat sebagai bentuk respons masyarakat terhadap kondisi perekonomian yang penuh ketidakpastian.
“Secara teori, kalau ekonomi sedang turun, masyarakat akan mencari aset. Emas salah satunya. Harga emas memang berbanding terbalik dengan kondisi ekonomi.
Kalau perekonomian naik, harga emas cenderung turun, begitu juga sebaliknya,” ujar Gigih saat dihubungi detikJatim, Senin (14/4).
Menurut dia, lonjakan harga emas maupun minat masyarakat terhadap emas yang terjadi belakangan ini menandakan bahwa mereka berpersepsi, ekonomi Indonesia sedang kurang baik. Harga Emas Antam di Surabaya, Senin (14/4) turun menjadi Rp 1.896.000.
Menurut Asisten Regional Manager VII Surabaya Galeri24 di Jl. Ir Soekarno, Rungkut, Surabaya, Ruli Muttaqin, jumlah antrean mulai melonjak sejak Oktober 2024, dan makin drastis pasca Lebaran.
“Kalau hari biasa rata-rata sekitar 50 antrean per hari. Tapi sekarang bisa lebih dari 100 antrean dari jam 8 pagi sampai tutup,” ungkap Ruli..
Warga Semarang
Warga Kota Semarang juga tak ketinggalan, berebutan membeli emas Antam setelah mengetahui lonjakan harga sampai Rp1,9 juta per gram Jumat lalu(11/4).
IDN Times melaporkan, tampak sejumlah ibu wara-wiri menyambangi toko-toko emas di pusat kota Semarang, paling tidak untuk mencari info harga atau ada juga yang langsung membeli.
Nurul, seorang ibu muda yang sedang berada di kompleks pertokoan DP Mal Semarang mengaku, ia sedang mencari emas antam yang haranya lebih miring.
Ketertarikan membeli emas antam, katanya, mengingat minimnya resiko investasi pada logam mulia, apalagi karena banyak teman sebayanya juga lebih nyaman berinvestasi emas Antam ketimbang jenis investasi lainnya.
Namun akibat lojakan pembeli, sebagian toko emas kehabisan stok yang tersebar di sejumlah butik
“Stok hari ini kosong, kami tidak bisa berbuat apa-apa,” tutur Aji Purnomo, pemilik butik LM, seraya menambahkan, lonjakan pembelian emas Antam dengan berat lima sampai 10 gram sudah terjadi sejak Idul Fitri lalu.
Sementara warga Cibinong, Bogor, Jawa Barat sejak Minggu pagi antri layaknya membeli sembako, dan rebutan beli emas di Mal Cibinong City.
Dalam video yang beredar, puluhan warga tersebut berlarian demi mendapatkan antrean pertama saat booth toko emas baru buka.Dari tayangan video tampak antrean puluhan warga antre di sebuah booth di dalam mal.
Masih bersyukur warga yang memiliki aset atau tabungan sehingga bisa membeli emas untuk berjaga-jaga mengantisipasi situasi, berbeda halnya dengan 25 juta warga miskin yang pasrah tentang apa yang terjadi.