spot_img

Awas ! Virus Marburg

TEMUAN baru kasus paparan virus mematikan, Marburg di negara Guyana Equator, Afrika hendaknya direspons dengan cepat dengan aksi mitigasi agar tidak sampai menyebar ke Indonesia.

Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), wabah baru virus Marburg terdeteksi di Guyana Equator terdiri dari satu orang terkonfirmasi, 16 suspek dan sembilan korban meninggal, sedangkan di negara tetangganya, Kamerun ditemukan dua kasus suspek.

Sementara pemerintah RI menurut Kabiro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Nadia Tarmizi,akan mengawasi pelaku perjalanan dari Afrika, khususnya Guyana Ekuatorial menyusul temuan baru kasus virus Marburg tersebut.

“Kami akan memberikan perhatian lebih” kepada pelaku perjalanan negara Guyana Ekuatorial dan Kamerun. Kalau ada riwayat perjalanan, untuk diminta melapor ke fasilitas kesehatan, ketika masuk Indonesia, “ ujarnya.

Jika pelaku perjalanan mengalami gejala demam, nyeri otot dan diare, perlu dilakukan uji pengurutan genom pada mereka, “ katanya seraya menambahkan, sejauh ini, Indonesia dan negara tetangga belum memiliki riwayat keberadaan kasus virus Marburg.

Penularan virus Marburg, lanjutnya, juga tidak secepat Covid-19, lewat cairan tubuh seperti air liur, jadi tidak perlu terlalu dicemaskan seperti penyakit yang ditularkan lewat saluran pernapasan, sedangkan bandara disebut sebagai area  rawan bagi transmisi virus.

Virus Marburg yang pertama terdeteksi di kota Marburg, Jerman pada 1967 muncul di Yugoslavia dan Afrika Selatan pada tahun yang sama, lalu di sejumlah negara di Afrika seperti Kongo, Angola, Uganda, juga menyeberang ke Belanda dan Amerika Serikat (1975 – 2007).

Berpotensi jadi Pandemi

Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengatakan WHO sudah menyatakan virus Marburg berpotensi menjadi pandemi sejak 2018, sebab, wabahnya semakin intensif dalam tiga tahun terakhir.

“Kekerapannya drastis, yang membuat ini harus disikapi serius. Karena ada sesuatu yang berpotensi berbahaya, entah itu karakter virusnya yang bermutasi, atau ada faktor vektor atau hewan pembawa virus ini,” kata Dicky kepada BBC News Indonesia, (20/2).

Masa inkubasi virus, kata Dicky, bisa mencapai tiga minggu. Artinya, orang yang terinfeksi memiliki waktu yang lebih lama untuk bisa membawa serta virus ke lokasi lain sampai menimbulkan gejala.

“Besar kemungkinan (penyebarannya) terjadi dalam waktu dekat,  karena mobilitas sangat tinggi,” jelas Dicky yang memperingatkan wabah bisa melompat ke benua lain karena sistem transportasi udara yang mudah saat ini.

Sebelumnya, kasus virus Marburg pada manusia terdeteksi di Guyana, Afrika Barat pada 2021 dan di Ghana pada 2022. Menurut WHO, virus Marburg mirip dengan virus Ebola yang mematikan.

Wabah virus Marburg diketahui pertama kali terjadi pada 1967, ketika 31 orang terinfeksi, tujuh di antara mereka meninggal secara bersamaan di Kota Marburg dan Frankfurt, Jerman.

Waspada dan waspada!

 

spot_img

Related Articles

spot_img

Latest Articles