DESAKAN PBB dan sejumlah negara agar Iran dan Israel, dua kekuatan militer raksasa di kawasan Timur Tengah, menahan diri untuk tidak balas membalas serangan, bisa dipahami mengingat besarnya potensi korban jiwa dan materi jika tidak segera dihentikan.
“Timur Tengah di ambang kehancuran. Penduduk di kawasan ini sedang menghadapi ancaman nyata yakni konflik berskala penuh yang menghancurkan. Sekarang waktunya untuk meredakan ketegangan,” ujar.Sekjen PBB Antonio Guterres.
Iran melancarkan serangan ratusan drone dan rudal balistik ke wilayah Israel, Minggu (14/4) sebagai balas dendam atas serangan udara Israel ke konsulat Iran di Damaskus, Suriah, 1 April lalu menewaskan 16 orang termasuk tujuh perwira Pasukan Garda Revolusi Islam (IRGF), satu di antaranya perwira senior Brigjen Moh. Reza Zahedi.
Dalam pernyataannya yang dikutip IRNA di Teheran (14/4) Menlu Iran Hossein Amirabdollhian mengaku target serangan drone dan rudal Iran adalah pangkalan-pangkalan pesawat tempur F-35 Super Lightning buatan AS milik Israel.
Pihak Israel sendiri mengaku, dari 300 drone/rudal yang ditembakkan ke wilayahnya, 99 persen berhasil dicegat atau dijatuhkan oleh sistem pertahanan udara (hanud) yang berlapis-lapis.
Menurut catatan, selain sistem baterai hanud Iron Dome (Kubah Besi) Israel juga mengoperasikan sistem Hanud Arrow, sistem rudal anti rudal Patriot dan David Sling’s dengan fungsi masing-masing.
Iron Dome terdiri dari 20 tabung peluncur rudal Tamir, dipasang untuk menangkal proyektil artileri atau roket jarak pendek (sampai jarak 60 mil) yang dianggap sukses menangkal ribuan roket yang diluncurkan Hamas, Palestina sejak beberapa tahun terakhir.
Sementara David Sling’s yang dilengkapi rudal-rudal Stunner berhulu ledak digunakan untuk menyongsong rudal jarak menengah lawan yang datang sampai jarak 185 mil.
Sedangkan sistem Arrow berfungsi menyerang sasaran berupa rudal balistik jarak pendek dan menengah di atmosfir atas (ekso-atmosfir), dan sistem rudal anti rudal Patriot (buatan AS) yang bergerak (mobil) diangkut truk-truk untuk menyerang rudal balistik, rudal jelajah, pesawat mau pun drone.
Sistem Patriot yang dioperasikan 20-an negara dianggap “combat proven” untuk menghadang rudal-rudal balistik Scud buatan Uni Soviet yang diluncurkan Irak ke wilayah Israel dalam Perang Teluk I pada 1990.
Kabinet Perang Israel dipimpin PM Benjamin Netanyahu, sepakat melakukan pembalasan terhadap Iran atas serangan drone dan misil pada Minggu (14/4), namun tidak diperoleh kepastian, kapan dan level skala respons balasan yang akan dilakukan terhadap Iran.
Dilansir Times of Israel, kabinet perang Israel dalam rapat selama tiga jam belum mencapai keputusan mengenai serangan balasan ke Iran, diduga berkaitan dengan saran pemerintah AS agar Netanyahu “berpikir dengan hati-hati dan strategis”.
Sementara harian Israel, Hayom, mengutip seorang pejabat militer Israel hanya menyatakan, “akan ada tanggapan” atas serangan Iran, sedangkan kantor PM Netanyahu menyebut meski belum ada keputusan, militer Israel (IDF) memberikan sejumlah opsi.
Menurut beberapa laporan media Ibrani, menteri di Kabinet Perang Benny Gantz dan rekannya dari partai Persatuan Nasional Gadi Eisenkot, mengusulkan untuk menyerang balik ketika serangan Iran masih berlangsung.
Sedangkan Presiden AS Joe Biden yang sebelumnya berjanji akan mendukung Israel, menyatakan negaranya tidak tidak akan ambil bagian dalam serangan balas dendam Israel ke Iran.
Saling serang antara Israel dan Iran tak pelak lagi memicu respons sjumlah negara di dunia, sedangkan posisi AS sebagai negara adidaya yang selama ini dipersepsikan berada di belakang Israel ikut menjadi perhatian, sedangkan negara-negara Arab agaknya memilih menghindari eskalasi konflik.
Mesir misalnya, prihatin atas serangan Iran ke Israel dan mendesak kedua belah pihak menahan diri, sedangkan Arab Saudi prihatin atas terjadinya eskalasi militer dan meminta PBB mengambil peran untuk menjaga perdamaian dan mencegah situasi agar tidak memburuk.
Sementara Rusia dan China yang merupakan sahabat Iran, mendesak kedua belah pihak melakukan pendekatan diplomatik dan mencemaskan eskalasi kekerasan yang membahayakan kawasan.
Perimbangan Kekuatan
Global Firepower 2024 mencatat, anggaran militer Israel di urutan ke-19 sebesar 24,4 milyar dollar AS (setara Rp385 triliun), sedangkan Iran di posisi ke- 33 sebesar 9,95 milyar dollar AS (sekitar Rp156,7 triliun).
Dikepung dan berseteru dengan negara-negara Arab sejak merdeka 1948, pasukan pertahanan Israel (IDF) terus diperkuat, dan didukung teknologi dan juga negara-negara Barat terutama AS. Israel juga masuk club kekuatan nuklir dunia.
Sebaliknya, Iran adalah negara dengan kekuatan militer terkuat di kawasan Teluk. Walau diembargo oleh AS sejak Revolusi Iran pada 1979, Iran didukung Rusia, China atau Korea Utara, terus mengembangkan rudal-rudal balistik yang diklaim bisa menjangkau Tel Aviv.
IDF berkekuatan 170.000 personil tetap dan 465.000 cadangan. AD-nya didukung 1.370 tank termasuk 500-an unit buatan lokal Merkava dan 6.135 kendaraan lapis baja, sekitar 1.000 pucuk artileri medan dan 650 meriam swagerak serta 48 satuan roket atau rudal.
AU Israel mengoperasikan 612 aneka pesawat, a.l 246 pesawat tempur buatan AS (termasuk 75 unit F-35 Super Lightning, 52 unit F-15 Eagle dan 23 unit F-15 Strike Eagle, 141 unit F-16 Fighting Falcon dan 146 helikopter serang termasuk 50 unit UH-60 Black Hawk dan AH-64 Apache.
Sedangkan matra kekuatan matra laut Israel didukung 67 unit kapal perang termasuk tujuh jenis korvet, dua kapal cepat rudal dan masing-masing lima kapal patroli dan kapal selam.
Sedangkan AB Iran didukung 610.000 personil tetap dan 350.000 personil cadangan tremasuk Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
AD Iran mengoperasikan 2.000-an tank, sebagian besar peninggalan Uni Soviet seperti T-62 dan T-72 serta 800-an unit Karrar buatan lokal, 4.873 pucuk artileri medan dan 1.030 artileri swagerak dan 1.775 satuan rudal atau roket.
Kekuatan matra laut Iran didukung 101 kapal perang termasuk tujuh fregat, tiga korvet dan 19 kapal selam kelas Kilo warisan Uni Soviet.
AU-Iran yang mengoperasikan 575 aneka pesawat termasuk 215 pesawat tempur lawas buatan AS seperti 63 unit F-4 Phantom, 41 unit F-14 Tomcat 19 unit serta MiG-29 dan 23 unit Sukhoi SU-24 (eks-Soviet), 17 unit Chengdu J-7 (China) dan Mirage F-1 (Perancis).
Selama diembargo oleh Barat sejak awal 1980-an, Iran terus mengembangkan rudal-rudal taktis seperti Shahab-1, Shahab-2 dan Shahab-3, Feteh, Fajr, Ghadir dan Samid yang sebagian diklaim mampu menjangkau seluruh wilayah Israel.
Segenap pemimpin dunia harus cawe-cawe mencegah perang terbuka antara Iran dan Israel, karena jika berlanjut, bakal menyeret banyak negara lainnya. (AFP/Reuters/ns)