spot_img

Banyak Minum Air Putih

SAMPAI tahun 1975-an, air putih hanya jadi minuman sehari-hari orang miskin yang tak mampu beli teh atau kopi. Lebih keren sedikit dipakai kalangan dukun dan paranormal. Tapi kini air putih sudah naik kelas. Sampai-sampai Cawapres Sandiaga Uno mengusulkan, air putih supaya menjadi minuman resmi pertemuan tahunan IMF-World Bank di Nusadua, Bali. Begitu juga kantor-kantor instansi negara, demi penghematan anggaran seyogyanya setiap rapat minum air putih, kalau perlu air kendi!

Usulan terkesan sepele ini muncul ketika berbagai musibah melanda Indonesia. Di saat gempa terjadi di NTB dan Sulteng, ditambah dolar sudah menyentuh Rp 15.200, pemerintah punya hajat jadi tuan rumah pertemuan taunan IMF-World Bank di Bali. Anggarannya yang mencapai 1 triliun dinilai sangat boros. Karenanya Cawapres Sandiaga Uno usulkan perketat anggaran dengan setiap rapat instansi minum air putih.

Peristiwa padat modal itu jelas menguras pengeluaran luar biasa dari negara. Untuk anggaran  acara IMF-World Bank saja dianggarkan Rp 1 triliun, belum dana penanggulangan bencana gempa NTB dan tsunami-gempa di Sulteng. Celakanya, ketika negara sedang butuh pengeluaran besar, eh….. dolar tanpa ada pengertian ikut-ikutan menggila sampai Rp 15.200,-

Mantan Menko Maritim Rizal Ramli menilai, perekonomian RI sedang sakit. Untuk menambah antibodi negara dia mengajari pemerintah, bagaimana supaya rupiah tak semakin terpuruk, bla bla bla…… Tak mau ketinggalan Cawapres Sandiaga Uno juga mengusulkan, setiap rapat instansi pemerintah di seluruh Indonesia, minumnya air putih saja termasuk dalam pertemuan IMF.

Gagasan Sandiaga Uno ini jelas sangat berbanding lurus dengan Ketum Gerindra, Prabowo Subianto.  Saat Sandiaga jadi Wagubnya Anies Baswedan, dia berpesan supaya DKI Jakarta menggelar program “Revolusi Putih”. Apa itu”Revolusi Putih”? Apakah kiranya ada hubungannya dengan Revolusi Perancis ? Adalah sedikit sedikit! Revolusi Putih yang dimaksudkan susu sapi, sedangkan “Revolusi Perancis” adalah  menyangkut sejarah perjuangan bangsa kulit putih di Perancis seputar tahun 1789–1799.

Dengan banyak minum susu sapi, generasi muda Jakarta menjadi lebih cerdas. Ini sama dengan keinginan Gubernur Ahok dulu; dengan banyak makan daging penduduk Jakarta lebih sehat dan cerdas. Secara medis, baik susu maupun daging memang mengandung banyak protein. Cuma negatifnya, setelah cerdas karena banyak protein, setelah dewasa jadi tukang protes melulu, alias demo!

Bila Prabowo menekankan “Revolusi Putih”, Sandiaga Uno justru menekankan perlunya air putih. Air putih memang bermanfaat bagi tubuh. Kurang minum bisa memancing penyakit ginjal. Jika sudah terkena penyakit ginjal yang sakitnya bikin ginjal-ginjal, sangat dianjurkan dokter untuk minum air putih. Baik yang bermerk atau sekedar air leideng maupun sumur.

Tapi jika penghematan negara solusinya hanya dengan minum air putih saja, apakah efektip? Jika air putihnya jenis mineral bermerk, dan diberlakukan seluruh Indonesia, angka anggarannya gede juga lho pada akhirnya. Untuk lebih hemat, mestinya minum  saja air kendi, sukur-sukur bawa sendiri dari rumah.

Itu dijamin lebih hemat. Sehat bagi kantong negara, tapi juga menyehatkan bagi para SDM di semua instansi pemerintah. Tak usah malu-malu, karena sekarang air putih sudah naik gengsi. Dulu air putih diledek sebagai air dukun, bahkan bertemu hanya dikasih air putih, tamu bisa menggerutu, “Keterlaluan, jauh-jauh datang hanya disugugi air putih.”

Untuk lebih menghemat, menu makanan setiap instansi juga disederhanakan. Di DPRD Jakarta misalnya, yang biasa makan lobster, kini cukup dengan wader goreng, atau tempe yang dipotong tipis nyaris setipis kartu ATM. Kunjungan ke daerah yang biasa nginep di hotel berbintang, cukup hotel kelas melati.

Pasti resepnya Cawapres Sandiaga Uno ini akan bisa menghemat anggaran negara, dan rupiahpun menguat dengan cepat. Daya beli masyarakat juga meningkat, perekonomian kita juga menguat, rosa-rosa macam Mbah Maridjan. (Cantrik Metaram)

spot_img

Related Articles

spot_img

Latest Articles