Beasiswa Zakat Indonesia jadi Harapan para Mustahik untuk Dapatkan Hak Pendidikan

JAKARTA – Dompet Dhuafa resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) Program Beasiswa Zakat Indonesia, di Gedung Bimas Islam Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Jumat (21/03/2025).

Program ini tercipta atas sebuah inisiatif kolaboratif antara Kementerian Agama (Kemenag), Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), dan Lembaga Amil Zakat (LAZ), yang bertujuan untuk memanfaatkan dana zakat secara strategis guna membiayai pendidikan tinggi bagi para mustahik, sehingga dapat membantu mereka keluar dari lingkaran kemiskinan.

Penandatanganan MoU ini dilakukan oleh Menteri Agama RI, Prof. Nasaruddin Umar, bersama Ketua Pengurus Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini, serta perwakilan dari 17 pengurus LAZ lainnya.

Ahmad Juwaini menyampaikan bahwa Dompet Dhuafa sejak lama telah memiliki berbagai program beasiswa pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga pendidikan tinggi.

“Kami percaya bahwa pendidikan adalah kunci utama dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Dengan sinergi melalui Program Beasiswa Zakat Indonesia, kami berharap lebih banyak anak-anak dari keluarga kurang mampu bisa mengenyam pendidikan tinggi dan memiliki masa depan yang lebih cerah,” ujar Ahmad Juwaini.

Sementara itu, Nasaruddin Umar menegaskan bahwa Beasiswa Zakat Indonesia merupakan langkah nyata dalam mengintegrasikan pengelolaan zakat untuk kesejahteraan umat.

Ia menegaskan Beasiswa Zakat Indonesia akan menjadi contoh ideal sinergi antara negara, lembaga zakat, dan masyarakat dalam membangun religius fund yang memberdayakan

“Sebagus apa pun strategi kita, jika tidak dilandasi kesatuan visi dan kejelasan tujuan, maka kita tidak akan produktif menghadapi tantangan zaman. Dan yang paling penting lagi adalah kolaborasi bersama,” ucapnya.

Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag, Waryono, menjelaskan bahwa program ini dirancang dengan skema fully funded, di mana 178 penerima beasiswa akan mendapatkan pembiayaan penuh, termasuk Uang Kuliah Tunggal (UKT), biaya hidup bulanan, laptop, atribut, dan tiket perjalanan.

“Jika kita sepakat bahwa prioritas zakat adalah untuk fakir dan miskin, maka pendidikan adalah solusi paling rasional untuk memberdayakan mereka. Ini bukan sekadar angka, tetapi bentuk keberpihakan terhadap masa depan umat,” ujar Waryono.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here