YANGON – Krisis kemanusiaan di Rakhine mendunia, dimana muslim Rohingya mendapat perlakuan yang tidak manusiawi, hingga ratusan ribu orang berlari ke Bangladesh untuk menghidarinya.
Namun beruntung hal tersebut tidak berdampak pada muslim di wilayah lain, misalnya di Yangon, dimana salah seorang muslin warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Yangon, sudah hampir tiga tahun lamanya, mengaku kehidupannya hingga kini aman dan tentram.
Menurutnya, jarak Yangon menuju Rakhine cukup jauh, bisa lebih dari 12 jam jika ditempuh dengan menggunakan mobil. Karenanya, krisis Rohingya tidak dirasakan oleh seorang perempuan WNI yang tidak ingin disebutkan namanya tersebut.
Sebagai muslim yang menjadi kaum minoritas di Myanmar, dia mengatakan selama tinggal disana bersyukur tidak pernah mendapat perlakukan yang diskriminatif. Suaminya, masih bisa melakukan kewajiban shalat Jumat di masjid dengan aman dan tentram.
Bahkan menurutnya, tidak ada pembatasan kebebasan beribadah. Banyak muslim shalat berjamaah di masjid. Hanya saja untuk ijin perluasan masjid, pembangunan madrasah dan semacamnya agak sulit dilakukan.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan shalat jumat yang harus digelar dua kali secara bergantian, karena kapasitas muslim yang tidak seimbang dengan luas masjid yang tersedia.
” Ijin perluasan masjid baru agak susah, terus nggak bisa sembarangan buat madrasah dan lain-lain. Tapi kalau dibilang bebas beragama iya bebas, masjid lumayan banyak. Shalat berjamaah pun biasa malah jamaahnya suka penuh. Sholat Jumat di dekat rumah pun sampai dua kali karena masjidnya nggak nampung, ini akibat perluasan dan pembangunan baru agak susah” tuturnya kepada KBK, Minggu (10/9/2017).
Menurutnya, muslim di sana juga lebih sukses menjadi pengusaha atau pedagang karena sulitnya akses untuk bekerja di pemerintahan.
Ketika ditanya tentang puncak kerusuhan di Rakhine pada 25 Agustus, ia mengaku sedang berada di Jakarta, dan menurut informasi dari temannya yang berada di Yangon, kondisi di Yangon tidak terpengaruh sedikitpun atas konflik tersebut.