SEGUDANG prestasi yang diukir mantan Dirut PT Garuda Indonesia Tbk Emirsyah Satar tidak menyurutkan langkah KPK mengendus keterlibatannya dalam skandal penerimaan rasuah kontrak pembelian mesin pesawat Rolls-Royce untuk armada pesawat Airbus ang dioperasikan maskapai penerbangan itu.
Karir Emirsyah sebagai direktur keuangan (1998 – 2003) dan presiden direktur (2005 – 2014) di PT Garuda Indonesia Tbk, maskapai penerbangan “flag carrier” atau pembawa bendera Indonesia cukup moncer sampai KPK bersama Serious Fraud Office (CFO – Semacam KPK Inggeris) dan Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB) Singapura menguak dugaan skandal suap yang menerpanya.
Emirsyah meluncurkan Quantum Leap untuk meredefinisikan “corporate culture” , membangun anak perusahaan Citilink, menempatkan Garuda pada peringkat ke-7 dari 10 maskapai terbaik di dunia dan menyandang gelar Awak Kabin Terbaik selama beberapa tahun berturut-turut.
Prestasi Emirsyah untuk menyejajarkan Garuda dengan maskapai unggulan dunia lainnya di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia penerbangan sipil cukup fenomenal.
Bayangkan, Garuda yang menerima warisan peninggalan pesawat dan SDM dari maskapai KLM Belanda, “merangkak” dari bawah dan dipandang sebelah mata akibat buruknya pelayanan, baik di darat maupun kabin, juga mengenai molornya jadwal keberangkatan dan kedatangan.
“Good only Under the Dutch Administration” , kepanjangan Garuda sempat diplesetkan pada awal-awal berdirinya pada 1949 akibat hengkangnya SDM berkebangsaan Belanda, mulai dari teknisi, awak kabin dan managerial saat itu.
Garuda bergabung dengan aliansi penerbangan global Skyteam pada 5 Maret 2014 dan bersama Singapore Airlines, Cathay Pasific, Qatar Airways, Asiana Airways, All Nippon Airways dan Hainan Airways dinobatkan oleh Skytrack sebagai maskapai penerbangan Bintang 5 pada 12 Desember 2014.
KPK mempersangkakan Emirsyah atas dugaan menerima suap Rp20 milyar berupa lembaran dollar AS dan mata uang Euro atas jasanya memuluskan transaksi pembelian mesin Rolls-Royce tipe Trent 700 yang akan dipasang pada armada terdiri dari 50 pesawat Airbus milik Garuda.
Kerjasama KPK, SFO dan CPIB
Kasus ini terkuak setelah didalami oleh KPK selama sekitar setengah tahun bekerjasama dengan SFO, Inggeris dan CPIB Singapura. Rolls-Royce juga ditengarai memberikan suap guna memuluskan penjualan mesin pesawat di sejumlah negara selain Indonesia yakni India, Malaysia, Nigeria, Rusia, Thailand dan Tiongkok.
Berdasarkan laporan BBC, staf senior Rolls-Royce di Indonesia menyepakati pembayaran rasuah senilai 2,2 juta dollar AS dan hadiah sebuah mobil Rolls-Royce Silver Spirit kepada seorang perantara.
Sementara Ketua KPK Agus Rahardjo terkait kasus yang melibatkan Emirsyah, mengingatkan para pemimpin BUMN lainnya untuk menghentikan praktek bisnis menyimpang dan mendorong mereka untuk menerapkan standar etika dan memperketat pengawasan internal.
Peringatan Agus beralasan mengingat 38 dari 557 tersangka yang ditetapkan KPK sepanjang periode 2004 – 2016, 38 adalah pejabat di lingkup BUMN dan BUMD .
Selain Emirsyah, KPK juga juga menetapkan penerima manfaat sebenarnya (beneficial owner) pimpinan Connaught International Pte. Ltd, Soetikno Soedardjo sebagai pemberi suap dalam dugaan suap dalam transaksi mesin pesawat itu.
Tidak ada ruang immun praktek korupsi di Indonesia. Sukses memimpin perusahaan juga bisa menjadi tempat berlindung yang dianggap aman untuk berkorupsi ria. Kejar terus! (BBC/AFP/Reuters)