BMKG Ungkap Penyebab Suhu Panas di NTB

Ilustrasi/Ist

MATARAM – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan bahwa suhu udara di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terasa panas akibat curah hujan yang tidak merata pada awal musim hujan 2024.

Prakirawan BMKG, Zaenuddin Abdul Majid Lombok, Anggi Dwita, menyampaikan bahwa kondisi cuaca yang cerah berawan di sebagian besar Pulau Lombok dan curah hujan yang tidak merata dalam beberapa hari terakhir di NTB menjadi penyebab suhu udara terasa panas baik siang maupun malam.

“Sehingga intensitas radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi meningkat,” katanya di Mataram, Kamis (22/2/2024).

Sementara itu, suhu udara di wilayah NTB berkisar antara 23 hingga 34 derajat Celsius, dengan angin bertiup bervariasi, dominan dari arah barat-utara dengan kecepatan mencapai 35 kilometer per jam.

“Cuaca di wilayah NTB pada umumnya cerah berawan hingga hujan lebat,” kata Anggi, dilansir dari Antara.

Prakirawan BMKG Nusa Tenggara Barat, Bastian Andarino, sebelumnya memperkirakan curah hujan pada dasarian III Februari 2024.

Peluang curah hujan lebih dari 20-50 milimeter/dasarian dengan probabilitas lebih dari 90 persen diperkirakan terjadi di sebagian besar wilayah NTB, kecuali bagian timur wilayah Bima dengan peluang kurang dari 10-40 persen.

Kemungkinan curah hujan lebih dari 100 milimeter per dasarian diperkirakan di bagian utara wilayah Bima dengan probabilitas 30-70 persen, sementara peluang curah hujan lebih dari 150 milimeter/dasarian dengan probabilitas 10-40 persen diperkirakan terjadi di Tambora.

“Potensi curah hujan tinggi di wilayah NTB pada akhir Februari ini nihil,” katanya.

Meskipun demikian, BMKG menyatakan bahwa potensi curah hujan tinggi di wilayah NTB pada akhir Februari ini minim.

BMKG juga mengingatkan bahwa sebagian besar wilayah NTB telah memasuki musim hujan 2023/2024, sehingga masyarakat perlu waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat disertai angin kencang, banjir, dan tanah longsor.

“Selain itu, masyarakat dapat memanfaatkan hujan yang turun untuk mengisi penampungan air seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya,” tuturnya.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here