
JIKA benar terbukti, keberhaslan Ukraina menembak jatuh jet tempur Rusia Sukhoi SU-30 dengan drone laut di atas Laut Hitam, Jumat (2/5) disebut-sebut sebagai peristiwa pertama kali terjadi di dunia.
Klaim itu diungkapkan CNN mengutip intelijen pertahanan Ukraina , Sabtu (3/5), yang juga menyebutkan, harga jet tempur SU-30 sekitar 50-an juta dollar AS (sekitar Rp 823 miliar), jauh lebih mahal alias tidak sebading dengan harga sebuah drone.
Dijatuhkannya jet tempur yang serba “computerized, digitalized”, dan berawak oleh drone yang jauh lebih kecil sosoknya, berbiaya rendah, misalnya drone Turki Bayrakhtar TB2 (hanya 5 juta dollar AS (sekitar Rp82,5 miliar) atau sepersepuluh harga SU-30, bisa jadi menandai “game changer” dalam pertempuran udara di masa depan.
Menurut intelijen pertahanan Ukraina, jet tempur Rusia itu terbakar di udara sebelum jatuh ke laut. Peristiwa ini kemudian dilaporkan oleh CNN.
“Ini adalah pertama kalinya di dunia sebuah jet tempur dihancurkan oleh drone laut,” ungkap intelijen Ukraina.
Disebutkan jet tempur tersebut ditembak jatuh di dekat Novorossiysk, kota pelabuhan utama Rusia, yang hingga kini diklaim masih menyimpan sisa-sisa armada Laut Hitam Rusia.
Belum berkomentar
Hingga saat ini, Kemenhan Rusia belum memberikan komentar terkait insiden tersebut, namun sebaliknya, klaim Ukraina ini mendapat dukungan dari blogger militer Rusia, Fighterbomber, yang membagikan informasi melalui akun Telegram .
“Ukraina mengerahkan lebih dari tiga lusin drone kapal ke daerah Novorossiysk. Setelah jet (kami) terkena tembakan, kru jatuh di air, dikelilingi oleh drone kapal musuh,” tulis Fighterbomber.
Intelijen pertahanan Ukraina juga mengeklaim berhasil menghancurkan dua helikopter Rusia menggunakan rudal laut Magura V5 yang dirancang oleh teknisi Ukraina.
Pemunculan drone mulai diperhitungkan setelah sukses penggunaannya oleh Azerbaijan dalam konlik memperebutkan wilayah Nagorno Karabakh pada sept 2020.
Drone-drone Anka-4 dan Bayrakhtar TB-2 buatan Turki dan dron kamikaze IAI Harops buatan Israel yang dioperasikan Azerbaijan berhasil melumpuhkan tank-tank, konsentrasi pasukan dan situs-situs rudal Armenia.
Sebelumnya, AS dan Israel juga sudah menggunakan drone-drone dalam operasi intelijen di kawasan Timur Tengeh untuk memburu tokoh-tokoh lawan mereka.
Penggunaan drone masif
Penggunaan drone secara masif dilakukan oleh Ukraina menghadapi invasi Rusia sejak 24 Februari 2022, selain buatan lokal, Ukraina juga mengandalkan drone-drone buatan Turki, AS dan negara Barat lainnya.
Ukraina sukses mencuri kemenangan melawan Rusia saat berhasil menghancurkan jembatan vital Kerch, penghubung Krimea yang dianeksasi Rusia pada 2014 dengan wilayah Rusia dengan drone laut.
Rusia yang agaknya terlambat mengembangkan drone sendiri di palagan Ukraina, menggunakan drone-drone pasokan Iran Shahed 136 yang dimodifikasi menjadi “Geran-2”.
Peran drone dalam perang modern agaknya makin meningkat, walau persenjataan untuk melawannya juga terus dikembangkan, selain menggunakan rudal-rudal portabel, juga mengacak sistem kendalinya.