ACEH–Lembaga kemanusiaan ACT memberikan penghargaan kepada dua desa yang membantu dan menerima pertama kali pengungsi dari Rohingya: Desa Meunasah Sagoe dan Desa Matang Puntong Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara. Dua desa ini menoreh sejarah tersendiri. Diakui atau tidak, para warga desa inilah pengetuk pintu hati dunia sampai membuka mata ihwal nestapa ‘manusia kapal’ – Muslim Rohingya yang terusir dari Myanmar.
Insan Nurrohman, Vice President ACT mengungkapkan, desa ini telah menoreh prestasi luar biasa, layak mendapatkan apresiasi atas kecepat-tanggapan mereka dalam memberikan bantuan pertama kepada Muslim Rohingya yang hampir tiga bulan terombang ambing di lautan, ketika semua negara menolak pencari suaka ini. “Keberanian para nelayan, keterpanggilan atas dasar kasih sayang sesama manusia yang diperlihatkan para nelayan desa inilah, menginspirasi banyak orang menjadi lebih manusiawi,” ujar Insan seperti yang dikutip KBK dari situs act.or.id
Atas kebaikan dan keberanian itu, ACT memberikan Penghargaan Kemanusiaan, disertai pemberian bantuan untuk warga desa. ACT tidak memberikannya untuk pribadi-pribadi, namun untuk masyarakat desa. Hal ini selaras penyampaian Sulaiman dan Mansur, Geusyik kedua desa ini. Saran geusyik (kepala desa), wujudkan saja penghargaan itu dengan barang-barang yang bermanfaat untuk semua warga desa.
Mendampingi pemberian plakat penghargaan untuk Warga Desa Nelayan, Gampong Matang Puntong dan Meunasah Sagoe, ada sejumlah barang yang diberikan, antara lain: ambal (karpet), sajadah, pengeras suara, mikrofon, cat, semua untuk inventaris masjid. “Khusus untuk pembangunan mesjid di Meunasah Sagoe, kami membantu 35 sak semen,” jelas Insan.
Mewakili warga Desa Matang Puntong, Geusyik Mansur menyampaikan,”Kami belajar banyak dari tsunami yang melanda Aceh tahun 2004 silam. Warga Kecamatan Seunuddon saat itu seribuan jiwa meninggal. Yang hidup kehilangan harta benda dan rumahnya, menerima banyak bantuan dari mana-mana, berbulan-bulan. Sekarang, datang Rohingya ke sini. Kami merasa Allah mempersaudarakan kami dengan mereka,” kata Mansur.
Warga desa menjalani semua itu tanpa sedikitpun berharap apresiasi dari manapun, “Namun kami yakin apa yang diberikan oleh ACT kepada kami, anugerah Allah kepada warga kami. Pemberian ini sangat besar menurut kami. Mewakili warga, kami sampaikan terima kasih. Semoga ACT tetap menjadi yang terdepan dalam membatu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah dimanapun berada,” kata Geusyik Mansur.
Warga desa tak berhitung dalam membantu sesama. “Ini yang kami punya dan kami mampu berikan untuk saudara–saudara kami Muslimin Rohingya. Selanjutnya kami mengharapkan pemerintah bisa dan mau menjaga mereka dengan baik,” kata Mansur. Benar, saat ini hari-hari penuh semangat antara rakyat-pemerintah berburu dengan waktu, berusaha keras mendirikan integrated community shelter (ICS), sentra hunian sementara yang dipadukan dengan beragam sarana dan prasarana penunjang hidup selayaknya sebuah masyarakat.
Bertautnya kebaikan hati rakyat dengan kesungguhan pemerintah Indonesia, menjadi teladan dunia bagaimana memuliakan pencari suaka. Dunia akan memetik hikmah, betapa kebaikan kolektif sebuah bangsa menjadi penyebab curahan keberkahan bagi negeri ini. | act