JAKARTA – Dompet Dhuafa mengajak masyarakat Indonesia berkontribusi lewat karya dalam rangkaian aksi Sejuta Surat untuk Palestina melalui panggilan terbuka untuk publik dan perhelatan Kelas Literasi–pelatihan menulis–bersama Santri Nulis dan Syekh Ibrahim Ali Hasan pada September 2024 lalu.
Kelas Literasi tersebut terlaksana bersama para murid sebagai pesertanya dari tiga sekolah berbeda yaitu Perguruan Islam Al Syukro Universal Tangerang Selatan Selasa (10/9/2024), Madrasah Pembangunan Syarif Hidayatullah Jakarta Rabu (11/9/2024) dan Islamic Bilingual School Al Ikhlas Bekasi Selasa (17/9/2024).
Hampir 400 kontributor muda menyuarakan kepedulian mereka terhadap genosida di Palestina melalui karya surat, puisi, ilustrasi dan foto. Setiap goresan karya tersebut merupakan buah pemikiran dan perasaan atas dampak yang dirasakan secara tidak langsung serta dorongan kekuatan untuk Palestina.
Mengantar kegiatan Kelas Literasi, Syekh Ibrahim Ali Hasan yang merupakan seorang pendakwah asal Gaza, Palestina, menyampaikan bahwa meskipun ia hidup dan tidak pernah keluar dari Gaza hingga tahun 2019, ia ingin sekali merasakan beribadah salat di Masjidil Al Aqsa. Pasalnya, hal itu sulit dilakukan sebab dibatasi oleh Zionis sejak 75 tahun lalu, meskipun tempat tinggalnya hanya sekitar satu jam dari Masjidil Al Aqsa.
“Tanah Palestina adalah tempat di mana kelak kita kumpul di hari kiamat, datangilah dan salat di sana (Masjidil Al Aqsa) karena satu kali salat sama dengan seribu kali salat di tempat lain. Ini adalah dialog Nabi Muhammad SAW dan Maimunah. Bagaimana kalau tidak bisa? Kirimlah sesuatu, banyak cara untuk membela dan membantu Palestina,” ucap Syekh Ibrahim.
“Masjidil Al Aqsa disebut 11 kali dalam Al-Qur’an dan selalu penyebutannya dengan sandingan tanah yang diberkahi. Pintu langit terbuka di situ,” imbuhnya.
Dalam perhelatan Kelas Literasi di sekolah, Ahmad Hilda selaku Pegiat Literasi Santri Nulis memaparkan, “Menulis membuat kita tidak hilang dari sejarah, baik bagi kesehatan serta sebagai luapan emosi. Teman-teman tidak perlu menulis lebih baik, tapi cukup menulis lebih beda”.
Benar saja, para peserta Kelas Literasi yang merupakan murid sekolah dari mulai SD hingga SMA, mencurahkan pemikiran dan perasaannya dengan cara yang bervariasi. Selain menulis surat, ada yang menulis puisi bahkan membuat ilustrasi.
Yang menarik, di samping indahnya mencurahkan buah pikiran dan perasaannya, mereka juga membuatnya sangat jujur dan berani khas anak-anak.
Salah satu peserta asal sekolah Al Syukro Universal Tangerang Selatan, Rafif Fatih Mu’afa (17), merasa lantang, haru dan bergetar lemas saat mengekspresikan pikiran dan perasaannya.
“Tadi saya merasa sangat campur aduk. Itu semua natural,” ucap Rafif.
Dompet Dhuafa menerbitkan buku Sejuta Surat untuk Palestina demi mendorong semangat dan wujud perhatian warga negara dan bangsa Indonesia terhadap persoalan di Palestina.
Hadirnya buku ini menjadi wadah positif dalam penyampaian aspirasi, gagasan, sudut pandang dan dukungan warga Indonesia, khususnya generasi penerus, untuk saudara-saudara di Palestina.
Hal tersebut dikatakan oleh Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Ahmad Juwaini.
“Anak-anak adalah generasi yang akan menjadi penerus bagi bangsa Indonesia di masa mendatang. Maka itu, anak-anak sejak dini perlu mendapatkan informasi dan dapat memahami, serta kemudian diberi kesempatan menyalurkan perasaan dan pemikirannya. Sekaligus mewadahi kreativitas mereka, dan karya kreatif mereka disalurkan dengan tepat salah satunya adalah membuat surat untuk Palestina,” katanya.
“Mudah-mudahan kegiatan ini dapat memberi banyak manfaat dan wujud dukungan kita semua terhadap perjuangan Bangsa Palestina,” sambungnya.
Antologi Sejuta Surat untuk Palestina adalah inisiatif yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa. Bekerja sama dengan Gueari Galeri -penerbit independen & galeri dari Jakarta & Bekasi, Nantinya, karya-karya itu bukan sekedar akan dikurasi dan disusun menjadi buku, tapi juga jembatan kebaikan untuk membantu Palestina.
Turut disokong oleh DDTV, buku Sejuta Surat untuk Palestina akan diluncurkan dalam aksi teater musikal “Tanah Yang Terpenjara – Lantangkan Suara untuk Palestina” bersama Titimangsa di Gedung Kesenian Jakarta 3 Oktober 2024 mendatang.