SLEMAN – Gunung Merapi, yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Kamis mengalami 21 kali guguran lava dengan jarak luncur maksimal mencapai 1,5 kilometer.
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso, menjelaskan bahwa berdasarkan pengamatan dari pukul 00:00 hingga 06:00 WIB, guguran lava mengarah ke Kali Bebeng.
“Teramati 21 kali guguran lava ke arah barat daya (Kali Bebeng) dengan jarak luncur maksimum 1.500 meter,” kata Agus.
Selama periode pengamatan tersebut, terjadi 40 gempa guguran dengan amplitudo berkisar antara 3 hingga 21 mm dan durasi 57,56 hingga 146,32 detik. Asap kawah terpantau berwarna putih dengan intensitas tipis dan ketinggian mencapai 150 meter di atas puncak.
Cuaca di sekitar gunung cenderung berawan dengan suhu udara antara 18 hingga 19 derajat Celsius dan kelembaban berkisar antara 89,5% hingga 95%. Tekanan udara tercatat antara 874 hingga 918,3 mmHg.
Berdasarkan laporan BPPTKG dari 20-26 September 2024, terdapat perubahan morfologi pada kubah barat daya Gunung Merapi akibat aktivitas pertumbuhan kubah, guguran lava, dan awan panas.
“Volume kubah barat daya terukur sebesar 2.777.900 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.366.900 meter kubik,” kata Agus.
Status Gunung Merapi saat ini tetap berada di Level III atau Siaga. BPPTKG mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas di area rawan bahaya, terutama di sektor selatan-barat daya seperti Sungai Boyong, Bedog, Krasak, dan Bebeng yang berpotensi terdampak hingga jarak maksimal tujuh kilometer.
Sektor tenggara, seperti Sungai Woro, juga berpotensi terdampak hingga tiga kilometer, sementara Sungai Gendol hingga lima kilometer. Material vulkanik dari letusan eksplosif dapat tersebar dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.