JAKARTA—Insiden yang terjadi di Tolikara, Papua dinilai telah menodai rasa kemanusiaan dan keberagaman di Indonesia. Humanitarian Forum Indonesia(HFI), yang merupakan forum dari 13 lembaga kemanusiaan yang berbasis agama menyatakan turut prihatin dan mengecam keras aksi-aksi penggunaan kekerasan dalam penyelesaian masalah.
Berikut ini pernyataan sikap dari HFI yang diterima KBK:
Indonesia dikejutkan kembali, pada 17 Juli 2015 (kemarin), dengan terjadinya peristiwa kekerasan yang mengakibatkan terbakarnya 1 tempat ibadah dan puluhan bangunan kios pertokoan di Tolikara, Papua. Hal ini berdampak pada terganggunya jalannya ibadah Sholat Idul Fitri yang dilaksanakan umat muslim di lapangan Koramil Tolikara., Distric Karubaga, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua. Sangat disayangkan kejadian ini terjadi terjadi ketika umat Muslim di Indonesia sedang merayakan hari raya Idul Fitri 1436 H. Dalam peristiwa kekerasan ini menyebabkan sedikitnya, 12 orang terluka (mengalami luka tembak), 30 kios pertokoan dan 1 masjid dibakar oleh massa. Kerusuhan ini kembali mengingatkan kita pada kejadian serupa yang pernah terjadi di bumi pertiwi.
Sebagai lembaga kemanusiaan, kami Humanitarian Forum Indonesia, yang merupakan suatu forum dari 13 lembaga kemanusiaan yang berbasis agama yaitu Dompet Dhuafa, Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah (LPB Muhammadiyah / MDMC), Yayasan Tanggul Bencana di Indonesia, Yakkum Emergency Unit, Wahana Visi Indonesia, KARINA (Caritas Indonesia), Perkumpulan Peningkatan Keberdayaan Masyarakat, PKPU, Church World Services Indonesia, Habitat for Humanity Indonesia, Rebana Indonesia, Unit Pengurangan Resiko Bencana Persatuan Gereja-gereja di Indonesia dan Rumah Zakat, menyatakan turut prihatin dan mengecam keras aksi-aksi penggunaan kekerasan dalam penyelesaian masalah yang melukai semangat kemanusiaan dan toleransi keberagaman dan bisa menghilangkan kedamaian di Bumi Pertiwi.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Humanitarian Forum Indonesia menyerukan beberapa hal berikut :
- Agama tidak dipertentangkan dan kebebasan menjalankan ibadah adalah hak semua orang sehingga harus dihormati dengan kesantunan, karena hak beragama adalah hak yang paling azasi dan harus dihargai oleh siapapun di bumi pertiwi. Oleh karenanya toleransi hidup antar umat beragama harus tetap dibangun.
- Mendorong diwujudkannya kedamaian di bumi Nusantara diikuti dengan penegakan hukum yang tegas disertai dengan investigasi obyektif kepada semua yang terlibat serta memberikan perlindungan terhadap korban akibat kekerasan yang terjadi.
- Mendorong semua pihak untuk berperan aktif dalam menjaga kerukunan antar umat khususnya di tanah Papua dan di Indonesia pada umumnya, yang dilahirkan dengan agama dan kepercayaan penduduknya sangat beragam, sehingga semua pihak untuk bisa hidup berdampingan dan tidak bertindak sendiri-sendiri untuk menyelesaikan masalah serta mengedepankan hukum.
- Setiap warga negara dari Sabang sampai Merauke sudah selayaknya mendapatkan perlindungan dan kebebasan menjalankan ibadah tanpa adanya intimidasi dari berbagai pihak, sesuai dengan semangat luhur yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945.
- Bantuan harus diberikan kepada semua korban kekerasan tanpa melihat latar belakangnya dan siapapun yang merasa terancam jiwanya harus bisa dilindungi. Oleh karenanya sudah sepatutnya Negara mengedepankan penegakan hukum sambil melakukan pendekatan dialogis kemanusiaan yang memartabatkan semua.
Semoga kekerasan yang berujung pada rusaknya sendi sendi keberagaman kebangsaan yang menjunjung kebhinekaan tidak lagi berulang dimanapun di Indonesia tercinta ini. Kiranya semua pihak bisa menghadirkan kedamaian dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang bersumber dari berbagai ajaran agama dan keyakinan yang menjadi kekayaan yang harus dirayakan untuk membuat Indonesia bisa lebih baik di masa depan.
Jakarta, 18 Juli 2015
Humanitarian Forum Indonesia
Direktur Eksekutif : Surya Rahman M (081360469344)
Ustadz Budi Setiawan, Romo Adrianus Suyadi, SJ., Pdt. J. Victor Rembeth, Ustadz Tomy Hendrajati, Doseba T. Sinay, James Tumbuan, dr. Sari Mutia Timur, Ustadz Asep Beny, Sabeth Abilawa, Pdt. Maria Endang, Ustadz Moh. Arifin Purwakananta, Ir. Tri Budiarto, M.Si, Pdt. Albert Patty