JAKARTA – Tenaga medis dan relawan kemanusiaan dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC) harus cekatan serta mampu memprioritaskan masalah saat sedang berada di lapangan. Mereka juga tidak boleh memandang bulu terhadap para korban bencana alam ataupun bencana kemanusiaan seperti perang.
Asisten Penasihat Regional Komite Palang Merah Internasional (ICRC), Zezen Zaenal Muttaqien mengatakan, keberadaan lembaga seperti mereka di lapangan harus bisa menjangkau semua pihak.
“Kami harus netral dan tidak memandang bulu,” kata Zezen kepada KBK saat ditemui di bilangan Jakarta Selatan, Jumat (03/07/2015).
“Contohnya seperti perang di Suriah atau saat peperangan antara Irak dan Iran yang lalu, kami tidak boleh membeda-bedakan korban,” lanjut Zezen.
Dia melanjutkan, dalam keadaan lokasi bencana alam atau kemanusiaan yang sangat kacau balau pihaknya juga harus bisa mengutamakan korban yang mengalami luka-luka yang paling parah.
Misalnya, ketika ada dua orang korban yang satu perempuan renta dengan luka ringan dan yang satu lagi seorang laki-laki muda dengan luka berat, maka yang diprioritaskan adalah yang terakhir.
“Inilah yang membedakan kami ICRC dengan aktivis gender,” ujar Zezen.
Meski demikian, dia menambahkan, tugas lembaga ICRC tidak hanya menangani korban-korban saat kejadian berlangsung. Lembaga yang telah berdiri selama 170 tahun tersebut juga menangani korban pasca bencana.
Salah satu contohnya adalah mereka menyebarkan formulir data keluarga bagi korban-korban selamat peristiwa tsunami Aceh yang terjadi pada 11 tahun yang lalu.
Zezen menjelaskan, korban-korban tsunami Aceh yang selamat ataupun sanak keluarga mereka yang berada di luar Aceh diminta untuk mendata nama-nama keluarganya.
“Sehingga nanti kita sinkronkan siapa saja yang selamat supaya bisa dipertemukan kembali,” ujarnya. – Daulat Fajar Yanuar