IRAN meluncurkan 300-an rudal dan drone ke Israel, Sabtu (13/4) guna membalas serangan Israel ke konsulatnya di Damaskus, Suriah (1/4) yang menewaskan tujuh perwira Korps Garda Revolusi Islam (IRCG) termasuk Panglima Satuan Quds Brigjen Moh. Reza Zahedi.
Insiden kecil-kecilan sudah sering terjadi antara dua negara seteru bebuyutan itu seperti serangan drone yang dilancarkan oleh unit-unit IRGC di Suriah atau milisi Hebzollah binaan Iran di Lebanon ke wilayah Israel.
Perang kata-kata antara Iran dan Israel serta ancaman untuk saling-serang juga tak putus-putusnya ramai di media masing-masing. Iran memang termasuk negara garis keras dalam konteks konflik di kawasan antara kubu negara-negara Arab melawan Israel.
Mesir sudah lebih dulu menormalisasi hubungan diplomatic pasca Kesepakatan Camp David yang dimediasi AS pada 1978, disusul Jordania (1993), lalu Bahrain, Maroko, Sudan dan Uni Emirat Arab berdasarkan Kesepakatan Abraham pada 2020. Arab Saudi diam-diam juga sudah menjalin hubungan dengan Israel.
Setelah meluncurkan ratusan rudal dan drone Sabtu lalu, Iran mengancam melakukan serangan yang lebih besar ke wilayah Israel jika Israel membalasnya..
Sejauh ini belum dipastikan respons yang akan dilakukan Israel, di antara opsi melakukan serangan terbatas atau mengerahkan kekuatannya secara besar-besaran untuk menghancurkan Iran.
Israel agaknya juga sedang mengalkulasi keberpihakan dunia dengan mendesak DK PBB untuk mengenakan sanksi atas serangan yang dilancarkan Iran ke wilayahnya, selain bergeming terkait serangan atas konsulat Iran di Damaskus.
Iran walau diembargo AS dan sekutu-sekutunya pasca Revolusi Iran 1979 terus memperkuat diri dengan mengembangkan rudal-rudal balistik atas dukungan China, Rusia dan Korea Utara yang Sebagian diklaim mampu mencapai Israel yang berjarak ribuan km.
Drone-drone serang buatan Iran seperti Shahed 129, Shahed 136 dan Shahed 142 bahkan kabarnya digunakan pua oleh Rusia dalam perang dengan Ukraina.
Menjangkau Israel
Serangan Iran yang dilancarkan ke wilayah Israel 13 Maret lalu sekaligus juga membuktikan, rudal-rudal tersebut yang ditembakkan dari wilayah Iran melintasi langit Irak dan Jordania sepanjang 1.200 km mampu menjangkau Israel.
Namun dari sisi teknologi, rudal-rudal itu agaknya tidak memiliki kemampuan siluman (stealth) dan jelajah (cruise) yang bisa terbang mengikuti kontur medan, tetapi terbang lurus di ketinggian sehingga hampir seluruhnya berhasil dicegat sistem pertahanan udara Israel
Sistem pertahanan berlapis-lapis untuk mencegat kedatangan proyektil artileri dan roket atau rudal jarak pendek, sedang dan jauh yakni sistem rudal ani rudal Patriot, Iron Dome (Kubah Besi), David Sling’s (Ketapel David) yang dipasang Israel agaknya sulit ditembus.
Iran sendiri mengklaim, serangan ke Israel 13 Maret lalu hanya untuk memberi pelajaran pada Israel agar tidak gegabah, jika tidak, serangan jauh lebih besar akan dilakukan lagi.
Dikutip dari Iran Primer, Iran sebagian besar memperoleh pasokan rudal dari Korut sehingga menempatkannya sebagai satu-satunya negara yang mengembangkan rudal berjangkauan lebih dua ribu km, walau tidak memiliki hulu ledak nuklir.
Mengutip Komando Pusat Amerika Serikat Jenderal McKenzie dalam laman Iran Watch 2022 Iran memiliki lebih tiga ribu rudal balistik termasuk yang berkualifikasi rudal balistik antarbenua (ICBM).
Iran telah mengalami kemajuan signifikan dalam hal presisi dan akurasi rudalnya selama satu dekade terakhir, ini menjadikan rudal-rudal tersebut sebagai ancaman konvensional yang semakin serius.
Rudal balistik dikategorikan ke dalam lima kelas berdasarkan jangkauannya, yakni jarak dekat (kurang dari 300 km), jarak pendek (300 hingga 1.000 km), jarak menengah (1.000 hingga 3.000 km), jarak menengah (3.000 hingga 5.500 km), dan antarbenua (lebih dari 5.500 km).
Rudal juga dikelompokkan berdasarkan jenis bahan bakarnya, cair atau padat. Yang menggunakan bahan bakar cair umumnya menghasilkan daya dorong lebih besar per satuan berat bahan bakar dibandingkan dengan bahan bakar padat.
Rudal balistik Iran a.l seri Shahab (meteor) berbahan cair yang didasarkan rudal Nodong, Korut, mampu mengangkut baha peldak sampai satu ton dan berjangkauan 950 km.
Rudal Sajjil (ulet) adalah rudal jarak sedang sampai du ribu km da bahan peledak 750 kg yang diuji coba pada 2008, lzlu rudal Fateh berbahan padat yang ditingkatkan mejadi rudal jarak sedang (sampai 1.400 km).
Rudal Zolfaghar, Dezful dan Kheiber yang jangkauannya bervariasi antara 650 km sampai 1.400 Km dan hulu ledaknya antara 450 dan 1.000 kg juga terus dikembangan dan ditingkatkan keandalannya.
Anggaran Militer
Global Firepower 2024 mencatat, anggaran militer Israel di urutan ke-19 sebesar 24,4 milyar dollar AS (setara Rp385 triliun), sedangkan Iran di posisi ke- 33 sebesar 9,95 milyar dollar AS (sekitar Rp156,7 triliun).
Iran adalah negara dengan kekuatan militer terkuat di kawasan Teluk. Walau diembargo oleh AS sejak Revolusi Iran pada 1979, Iran didukung Rusia, China atau Korea Utara, terus mengembangkan rudal-rudal balistik yang diklaim bisa menjangkau Tel Aviv.
Sedangkan AB Iran didukung 610.000 personil tetap dan 350.000 personil cadangan tremasuk Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
AD Iran mengoperasikan 2.000-an tank, sebagian besar peninggalan Uni Soviet seperti T-62 dan T-72 serta 800-an unit Karrar buatan lokal, 4.873 pucuk artileri medan dan 1.030 artileri swagerak dan 1.775 satuan rudal atau roket.
Kekuatan matra laut Iran didukung 101 kapal perang termasuk tujuh fregat, tiga korvet dan 19 kapal selam kelas Kilo warisan Uni Soviet.
AU-Iran yang mengoperasikan 575 aneka pesawat termasuk 215 pesawat tempur lawas buatan AS seperti 63 unit F-4 Phantom, 41 unit F-14 Tomcat 19 unit serta MiG-29 dan 23 unit Sukhoi SU-24 (eks- Soviet), 17 unit Chengdu J-7 (China) dan Mirage F-1 (Perancis).
Selama diembargo oleh Barat sejak awal 1980-an, Iran terus mengembangkan rudal-rudal taktis seperti Shahab-1, Shahab-2 dan Shahab-3, Feteh, Fajr, Ghadir dan Samid yang sebagian diklaim mampu menjangkau seluruh wilayah Israel.
Siapa pun yang menang atau kalah, jika konflik Iran dan Israel bereskalasi menjadi perang terbuka, yang paling sengsara tentu rakyat kedua negara dan juga di negara-negara lain yang terpuruk ekonominya (berbagai sumber/ns)