SUMPAH Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei untuk menyerang langsung Israel sebagai balasan atas kematian petinggi militer dan milisi yang didukungnya akibat serangan negara Yahudi itu agaknya perlu dipertimbangkan masak-masak.
“Iran mungkin sedang mempertimbangkan kembali skala dan format pembalasan yang dirancang terhadap Israel pasca kematian pemimpin politik Hamas yang juga matan PM Otoritas Palestina Ismail Haniyeh, “ ungkap laporan koran the Guardian.
Haniyeh tewas bersama ajudannya dalam ledakan di apartemen yang diinapinya di kompleks veteran di utara Teheran, Iran (31/7) sehari setelah menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian.
Dari sejumlah informasi yang diperoleh AFP dari sumber anonym di lingkup Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) disebutkan agen Mossad, Israel atas bantuan “orang dalam” berhasil memasang bom yang dipantik dari jauh di ruang tidur Haniyeh dua bulan lalu.
Selain seruan dari “lawan dan kawan” seperti AS dan Rusia agar Iran menahan diri demi menghindari korban dan kehancuran lebih parah jika perang Iran dan Israel pecah, agaknya Iran juga sedang menghitung-hitung dengan cemat untung ruginya.
Dilansir dari Guardian, sumber-sumber AS dan Israel mengungkap, dalam beberapa hari terakhir Teheran masih memilih skala dan cakupan responsnya setelah tekanan diplomatik signifikan demi menghindari jatuhnya banyak korban sipil.
Ketatnya sistem pertahanan udara Israel Iron Dome (Kubah Besi), terbukti dari minimnya kerusakan akibat serangan 180-an drone, 110 rudal balistik dan 30 rudal jelajah Iran 14 April lalu sebagai balasan kematian sejumlah perwira tingginya oleh serangan Israel ke konsulat Iran di Damaskus (1/4).
Butuh dukungan kongkret
Dalam KTT darurat OKI di Jeddah, Rabu (7/8), 57 perwakilan negara anggotanya lebih banyak menyuarakan kecemasan mereka jika perang meluas menjadi konflik regional, padahal Iran butuh dukungan kongkret jika memutuskan menyerang Israel.
Mengutip NHK, Pj.Menlu Iran Ali Bagheri Kani mengatakan, negaranya tidak punya pilihan lain selain menggunakan haknya untuk membela diri secara sah demi mencegah berlanjuatanya pelanggaran terhadap kedaulatannya.
“Serangan terhadap Israel akan dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran, “ujarnya.
Namun menghadapi Israel, musuh bebuyutannya, Iran tentu tidak bisa gegabah menakar risikonya, karena dari catatan sejarah, tiga perang besar melawan negara-negara Arab, Israel selalu keluar sebagai pemenangnya.
Mulai dari perang kemerdekaan Israel pada 1948 yang membuat Palestina kehilangan wilayahnya, lalu Perang Enam Hari Juni 1967 di mana Israel dengan cepat melumpuhkan kekuatan gabungan Arab.
Pada Perang Yom Kippur pada Okt. 1973 pasukan Mesir yang di awal-awal pertempuran berhasil menyeberangi Terusan Suez, namun kemudian juga dipukul mundur Israel.
Setelah itu, sejumlah negara Arab memilih berdamai dengan Israel, mulai Mesir melalui Kesepakatan Camp David yang dipraksai AS pada 1987, Jordania berdasarkan Perjanjian Oslo pada 1993, sementara Bahrain, Uni Emirat Arab dan Maroko disusul Sudan berdasarkan Kesepakatan Abraham pada 2020.
Arab Saudi dan Qatar belum membuka hubungan diplomatik dengan Israel, namun secara diam-diam mereka juga terlibat hubungan dagang atau tukar-menurkar laporan intelijen.
Hezbollah bakal serang Israel
Sementara itu, pejabat Israel dilaporkan menyimpulkan bahwa milisi Hezbolllah di Lebanon akan melancarkan serangan dalam beberapa hari ke depan sebagai respons atas pembunuhan komandan senior Fuad Shukr oleh pihaknya (30/7) , tetapi tidak diketahui sejauh mana koordinasinya dengan pihak Iran.
Iran sendiri tampaknya akan menargetkan mereka yang bertanggung jawab atas serangan itu, khususnya agen rahasia Israel Mossad.
Anggota OKI menyatakan aksi Israel adalah pelanggaran mencolok terhadap hukum int’l, kedaulatan, integritas teritorial serta keamanan nasional Iran, namun tidak satu pun mendukung rencana serangan balik Iran.
Di pihak Israel, PM Benyamin Netanyahu mengatakan kepada para prajurit saat berkunjung ke pangkalan perekrutan tentara Tel Hashomer bahwa Israel siap untuk bertahan dan juga menyerang “Kami bertekad untuk membela diri,” ujarnya.
Perimbangan militer
Menurut catatan Global Firepower 2024, anggaran militer Israel bertengger pada posisi ke-19 sebesar 24,4 miliar dollar AS (setara Rp385 triliun), sedangkan Iran pada urutan ke- 33 sebesar 9,95 milyar dollar AS (sekitar Rp156,7 triliun).
Dikepung dan berseteru dengan negara-negara Arab sejak merdeka 1948, tetara Israel (IDF) terus diperkuat dan didukung teknologi dan juga negara-negara Barat terutama AS, Israel bahkan masuk klub kekuatan nuklir dunia.
Sebaliknya, Iran walau diembargo oleh AS dan Barat sejak Revolusi 1979, terus berupaya dan didukung Rusia, China atau Korea Utara, mengembangkan rudal-rudal balistik yang sebagian diklaim bisa menjangkau Tel Aviv.
IDF memiliki 170.000 personil tetap dan 465.000 cadangan. AD-nya didukung 1.370 tank termasuk 500-an unit buatan lokal Merkava dan 6.135 kendaraan lapis baja, sekitar 1.000 pucuk artileri medan dan 650 meriam swagerak serta 48 satuan roket dan rudal.
AU Israel mengoperasikan 612 pesawat, a.l 246 pesawat tempur buatan AS termasuk 75 unit F-35 Super Lightning, 52 unit F-15 Eagle dan 23 unit F-15 Strike Eagle, 141 unit F-16 Fighting Falcon dan 146 helikopter serang termasuk 50 unit UH-60 Black Hawk dan AH-64 Apache (semua buatan AS).
Sedangkan matra kekuatan matra laut Israel didukung 67 unit kapal perang termasuk tujuh jenis korvet, dua kapal cepat rudal dan masing-masing lima kapal patroli dan kapal selam.
Untuk menghadapi kemungkinan serangan rudal taktis dari musuh-musuhnya, Israel menyiapkan sistem pertahanan terintegrasi Iron Dome (Kubah Besi), David Slings, sistem rudal Arrow dan rudal anti rudal Patriot buatan AS.
Sedangkan AB Iran didukung 610.000 personil tetap dan 350.000 personil cadangan tremasuk satuan Garda Revolusi (IRGC).
AD Iran memiliki 2.000-an tank, sebagian besar peninggalan Uni Soviet seperti T-62 dan T-72 serta 800-an unit Karrar buatan lokal, 4.873 pucuk artileri medan dan 1.030 artileri swagerak dan 1.775 satuan rudal atau roket.
Kekuatan matra laut Iran didukung 101 kapal perang termasuk tujuh fregat, tiga korvet dan 19 kapal selam kelas Kilo warisan Uni Soviet.
AU-Iran didukung 575 aneka pesawat termasuk 215 pesawat tempur lawas eks-AS seperti 63 unit F-4 Phantom, 41 unit F14 Tomcat 19 unit serta MiG-29 dan 23 unit Sukhoi SU-24 (eks- Soviet), 17 unit Chengdu J-7 (China) dan Mirage F-1 (Perancis).
Namun selama diembargo oleh Barat sejak awal 1980-an, Iran terus mengembangkan rudal-rudal taktis seperti Shahab-1, Shahab-2 dan Shahab-3, Feteh, Fajr, Ghadir dan Samid yang sebagian diklaim mampu menjangkau seluruh wilayah Israel.
Bersumpah serang Israel
Pemimpin tertinggi Israel Ali Khamenei bersumpah akan menyerang Israel sebagai balasan atas serangan mematikan terhadap petinggi Hamas Ismail Haniyeh di Teheran (31/7) lalu.
Kejadian itu sendiri, menurut New Yrok Times, membuat pejabat tinggi militer Iran shock karena merasa kecolongan dan membuat pamor negara itu sebagai penyeimbang melawan Israel anjlok.
Tidak hanya kali ini saja Iran kecolongan oleh Israel. Serangan terhadap kantor konsulatnya di Damaskus, Suriah awal April lalu menewaskan sebelas penasehat militernya termasuk tiga perwira tinggi a.l. Brigjen Moh. Reza Zahedi, pejabat paling senior satuan elite Al-Quds, Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).
Israel sebelumnya juga berhasil membunuh pimpinan AL-Quds lainnya, Jenderal Qassem Suleimani di Bahgdad, Irak melalui serangan drone pada Januari 2020.
Jika perang terbuka dengan Israel pecah, Iran didukung oleh milisi Houthi berbasis di Yaman yang diklaim berkekuatan puluhan ribu personil dan memiliki rudal-rudal balistik Scud eks Uni Soviet.
Masih ada lagi milisi Hezbollah di Lebanon yang jauh lebih kuat dari Hamas atau Houthi dengan sekitar 100.000 personil.
Hezbollah memiliki sejumlah roket berjarak antara 30 Km sampai 250 Km buatan Iran seperti Falaq, Khaibar, Fajr, Toophan dan Fateh 110) serta Scud eks-Uni Soviet, rudal-rudal anti tank Konkurs, Kornet, Malyutka (eks Soviet) dan rudal-rudal anti kapal seperti C-701 dan C-802 (eks China) dan Yakhont (Rusia).
Selain itu, Hezbollah juga mengoperasikan puluhan tank tempur utama (MBT) eks-Soviet seperti T-55, T-62, T-72 dan T-90 dan drone-drone Iran seperti Mohazer, Ababil, Yasir dan Hudhud.
Yang dicemaskan, perang terbuka antara kubu Iran melawan Israel bakal menyeret banyak negara lainnya, belum lagi potensi ancaman serangan nuklir jika Israel terdesak. (Berbagai sumber/ns)