
ELEKTABILITAS Wapres Amerika Serikat Kamala Harris mulai menyalip mantan Presiden Donald Trump dalam survei terbaru berkaitan dengan Pilpres AS yang akan digelar 5 Nov nanti.
Menurut jajak pendapat nasional terbaru yang digelar Reuters/Ipsos Senin (22/7) dan Selasa (23/7) waktu setempat, Harris unggul dua poin atas Trump dengan perolehan 44 persen suara berbanding 42 persen suara bagi Trump
Kamala Harris digadang-gadang sebagai kandidat capres Partai Demokrat menggantikan Joe Biden yang mengundurkan diri karena usianya (81) dianggap kalangan internal partai meragukannya untuk menjabat presiden AS lagi pada masa kedua (2025 – 2029).
Jajak pendapat terbaru dilakukan setelah Presiden Joe Biden mundur dari pencapresan, Minggu (21/7) dan menyatakan dukungannya kepada Harris untuk menggantikannya sebagai capres Partai Demokrat.
Hasil jajak pendapat terbaru itu menunjukkan pergeseran dari polling yang digelar seminggu sebelumnya, ketika Harris dan Trump sama kuat memperoleh 44 persen suara untuk survei yang digelar pada 15-16 Juli lalu.
Dalam jajak pendapat jauh sebelum itu, pada 1-2 Juli lalu, Trump mengungguli Harris dengan selisih satu poin, sementara dalam beberapa jajak pendapat terbaru lainnya yang juga dirilis pada Selasa (23/7) waktu setempat, Harris tertinggal tipis dari Trump.
Salah satunya menurut jajak pendapat PBS News/NPR/Marist yang digelar pada Senin (22/7) waktu setempat, yang menunjukkan Trump unggul tipis atas Harris dengan 46 persen suara melawan 45 persen suara dari para pemilih terdaftar di AS.
Jika kandidat dari pihak ketiga atau kandidat independen diikutsertakan dalam Pilpres AS, Trump dan Harris memiliki perolehan suara yang sama kuat (42 persen), sedangkan kandidat ketiga tertinggal jauh.
Walau jajak pendapat berskala nasional memberikan sinyal penting terkait dukungan pemilih AS terhadap para capres, beberapa negara bagian biasanya memberikan keseimbangan pada Electoral College AS, yang pada akhirnya menentukan siapa pemenang pilpres.
Sebuah lembaga survei yang mewakili tim kampanye Trump meremehkan hasil jajak pendapat terbaru yang menunjukkan peningkatan dukungan terhadap Harris.
Mereka beralasan bahwa popularitas Harris mungkin akan meningkat untuk sementara waktu karena liputan media yang luas soal pencalonan dirinya.
“Lonjakan itu kemungkinan akan mulai terlihat dalam beberapa hari ke depan dan akan berlangsung selama beberapa waktu,” sebut pakar jajak pendapat Tony Fabrizio dalam memo yang diedarkan kepada wartawan oleh tim kampanye Trump.
Kendati demikian, menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos, 56 persen pemilih terdaftar AS setuju bahwa Harris “tajam secara mental dan mampu menghadapi tantangan”, dibandingkan hanya 49 persen pemilih yang menyatakan hal sama untuk Trump.
Sementara itu, dalam beberapa jajak pendapat terbaru lainnya yang juga dirilis pada Selasa (23/7) waktu setempat, Harris tertinggal tipis dari Trump.
Jika Harris terpilih sebagai kandidat capres dalam konvensi Partai Demokrat yang akan digelar 27 Agustus dan ia lalu berhasil mengalahkan Trump pada pemilu nanti, berarti sejak 248 tahun kemerdekaan AS, baru pertama kali dipimpin presiden perempuan. (Reuters/Ipsos/ns)