JAKARTA – Menteri Pertanian, Amran Sulaiman mengatakan, ada tiga wilayah yang paling parah terkena dampak kekeringan yaitu Indramayu, Bojonegoro, dan Demak. Imbas yang paling ditakutkan dari kekeringan di tiga wilayah itu adalah menurunnya produksi padi.
Amran melanjutkan, pemerintah berusaha mengantisipasi dampak kekeringan dengan berbagai cara. “Pemerintah sudah mengirim pompa, membangun irigasi dan embung,” kata Amran saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (06/08/2015) seperti dikutip dari Liputan 6.
Sementara Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menjelaskan, imbas El Nino dan kekeringan terhadap perekonomian Indonesia akan sangat terasa. Pasalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia bergantung dari konsumsi.
“Konsumsi kuncinya ada di daya beli dengan salah satu indikatornya inflasi, dan inflasi ditentukan pangan yang bergejolak,” kata Bambang.
Salah satu komoditas pangan yang rentan terhadap gejolak harga, kata Bambang adalah beras. Sambungnya, tanaman padi sangat mengandalkan kebutuhan air banyak. Namun produksi padi terancam merosot apabila terjadi kekeringan.
“Produksi beras turun bisa menyebabkan harga tinggi jika tidak bisa di-manage dengan baik. Sehingga mengerek inflasi. Jadi intinya kita harus mewaspadai El Nino,” jelasnya.
Bambang mengaku, El Nino diperkirakan akan terjadi sepanjang Agustus sampai Desember 2015 dan berpotensi mengganggu musim panen yang akan berlangsung pada September-Oktober ini. Dari data Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dia menyebut, dampak kekeringan terparah akan melanda Pulau Jawa.
“Yang akan terkena banyak dampaknya di Jawa. Tapi produksi padi ada di 6 provinsi, yakni 3 provinsi di Pulau Jawa, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta 3 provinsi di luar Jawa yaitu Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan,” terang dia.