Kemanusiaan Otto

0
49
Yudi Latif

Saudaraku, saya lagi mengikuti raker Aliansi Kebangsaan di Bandung. Dalam gegeran Republik tentang urusan pertanahan dan kelautan, seketika saya teringat Otto Iskandar Di Nata.

Ia adalah orang pertama yang mempopulerkan pekik merdeka sebagai salam kebangsaan dan yang pertama kali mengusulkan Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

Lahir di Bandung 31 Maret 1897, Otto menyelesaikan studinya di Sekolah Guru Atas di Purworejo, sejak 1924 menjadi guru di HIS Negeri Pekalongan. Semasa di Pekalongan, Otto aktif di Budi Utomo, lalu menjadi anggota Dewan Kota (Gemeenteraad). Di Dewan inilah ia mulai tampil sbg pejuang kemanusiaan. Sikap pedulinya pada nasib rakyat mendorongnya menggugat ketidakadilan yang menimpa petani, dikenal dengan “Peristiwa Bendungan Kemuning”. Para petani jadi korban konspirasi penguasa-pengusaha untuk mengambil-alih tanah mereka.

Dalam rasa perikemanusiaan Otto, tanah adalah sumber penghidupan petani. Kalau tanah milik petani diambil paksa pengusaha Perkebunan Tebu Wonopringgo atas restu Residen Pekalongan, bagaimana nasib petani. Yang terjadi, para petani mendapat ancaman. Bila tak menyerahkan tanahnya, mereka dianggap melawan penguasa. Beberapa petani terpaksa menyerahkan tanahnya.

Otto tak terima keadaan yang tak adil ini. Pengusaha perkebunan harus mengembalikan tanah itu pada rakyat. Namun, Residen Pekalongan yang berada di belakang pengusaha perkebunan tak setuju, bahkan mengancam Otto akan dibuang ke Boven Digul. Otto tak gentar, bahkan dgn berani membongkar kasus penyiksaan kepala polisi terhadap rakyat.

Perjuangan Otto tak sia-sia. Rakyat memperoleh kembali tanahnya. Residen Pekalongan dicopot dari jabatannya. Tapi, pada 1928, Otto dipindahkan ke Batavia, karena kekhawatiran pemerintah kolonial atas meluasnya pengaruh Otto setelah membela rakyat kecil.

Perjalanan hidup Otto membawanya menjadi guru di HIS Muhammadiyah Batavia dan bergabung dengan Paguyuban Pasundan. Peran publiknya kian penting setelah menjadi anggota Dewan Rakyat (Volksraad), 1930-1941.

Karena sikap kritisnya, Otto kemudian dijuluki ‘Si Jalak Harupat’ (burung Jalak pemberani).

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here