Kisah Tragis Dokter Wanita Palestina di Penjara Israel

0
689

YERUSSALEM – Tawanan wanita, Shabirin Abu Syarar (26 tahun) seorang dokter dari Hebron harus menjalani ibadah puasa dan menghidupkan malam lailatul Qodar di dalam ruangan segi empat penjara isolasi di penjara Ashkelon. Ia bahkan tak tahu kapan sahur ataupun buka, kalau tak dikunjungi pengacaranya. Ia baru tahu bahwa malam ini adalah malam lailatul qadar ketika berbicara dengan pengacaranya.

Shabirin tinggal di dalam penjara dibawah siksaan, intimidasi, interogasi yang tiap hari berlanjut, bahkan ditengah hari siang Ramadhan sekalipun. Di dalam ruangan itu, ia tak tahu kapan adzan buka dan kapan adzan shahur.

Interogasi berlangsung di ruangan yang gelap sendirian dan bengisnya para interogator. Ia tidak mengenal apa-apa, selain cahaya ketakutan serta atap kebencian yang dialaminya tiap hari. Tak ada kegembiraan saat menyantap sahur dan berbuka, hanya deraian air mata serta ketundukan hati yang senantiasa berdoa pada Allah semoga segera dibebaskan dalam transaksi pertukaran tawanan yang akan segera datang, seperti diungkapkan pengacaranya.

Menurut asosiasi tawanan Palestina, di dalam penjara Zionis terdapat tiga tawanan perempuan yang dikurung di ruangan isolasi. Mereka menghabiskan malam-malam ramdhan di dalam ruangan sempit dan gelap. Mereka adalah Siham Bathath, Dr. Shabrin dan pengacara Shirin Isawi.

Menurut pihak keluarga Shabirin, mereka belum pernah mengunjunginya sejak ia ditahan pada 7/6//2015 lalu. Israel tak mengizinkan keluargannya mengunjunginya. Padahal mereka sangat mengkhawatirkan kesehatanya.

Menurut pengacaranya, Senin (13/7/2015), Shabriin menolak pemeriksaan telanjang dan penyiksaan kasar. Ia hidup dalam kondisi yang sangat jauh dari sisi kemanusiaan mengalami penyiksaan fisik, dikurung di ruangan sempit gelap tak ada sinar dan bau menyengat .Infopalestina

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here