KORBAN tewas akibat bombardemen Israel di Gaza sejak 8 Oktober 2023 ternyata beberapa kali lebih besar dari jumlah yang dilaporkan oleh kementerian kesehatan Palestina.
Hasil studi jurnal medis Inggeris Lancet yang dikutip Al Jajeera menyebutkan, korban tewas akibat agresi Israel di Gaza sejak 8 Oktober 2023 diperkirakan mencapai 186.000 lebih, sementara kementerian kesehatan di Gaza, Palestina hanya mencatat 38.000 orang tewas.
Jumlah tersebut mewakili hampir 8 persen dari 2,3 juta populasi Gaza sebelum perang. Studi Lancet mencatat bahwa badan intelijen Israel, PBB dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) semuanya sepakat bahwa klaim pemalsuan data yang ditunjukkan kepada otoritas Palestina atas jumlah korban tewas di Gaza “tidak masuk akal”.
Perang Gaza kali ini berawal dari serbuan mendadak gerilyawan Hamas ke Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 warga Yahudi dan 240-an disandera. Puluhan di antaranya sudah dibebaskan, namun sebagian besar tidak diketahui nasibnya.
Menurut studi Lancet, dampak akumulatif perang Israel di Gaza diperkirakan bisa melebihi 186.000 jiwa. Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan, lebih dari 38.000 warga Palestina tewas sejak Israel melancarkan serangan balasan usai Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Namun, hasil studi Lancet menunjukkan bahwa jumlah korban tewas jauh lebih tinggi.
Jumlah korban resmi tidak memperhitungkan ribuan orang tewas yang terkubur di bawah reruntuhan dan kematian tidak langsung akibat rusaknya fasilitas kesehatan, sistem distribusi makanan, dan infrastruktur publik lainnya.
“Konflik menimbulkan dampak tidak langsung selain dampak langsung kekerasan,” kata studi Lancet seperti dikutip dari Al Jazeera pada Senin (8/7).
Diseburkan pula oleh studi tersebut jika perang di Gaza segera berakhir, konflik tersebut akan terus menyebabkan banyak kematian tidak langsung dalam beberapa bulan dan tahun mendatang akibat penyakit.
Studi tersebut mengatakan jumlah korban tewas diperkirakan jauh lebih besar mengingat sebagian besar infrastruktur Gaza telah hancur.
Kurangnya pasokan makanan, air dan tempat tinggal, dan minimnya dana Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina juga ikut memperparah situasi tercermin dari lonjakan angka korban kematian langsung antara tiga hingga 15 kali lipat.
Korban terus berjatuhan, nyawa tercabut dengan sia-sia dan sampai hari ini belum ada tanda-tanda perang akan mered, apalagi berakhir (Al Jazeera/NS)