GROBOGAN – Sebagian korban bencana kekeringan di Desa Rejosari, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah, terpaksa memakai air kotor untuk kebutuhan sehari-hari. Sebab, bantuan tak kunjung datang.
“Agar bisa dikonsumsi, air harus diberi tawas dan diendapkan beberapa hari. Setelah itu disaring dengan kain,” ujar salah satu warga, Maryamah (35), Minggu (09/08/2015) dikutip dari Kedaulatan Rakyat Online.
Ia mengaku terpaksa melakukan itu karena sumur di pekarangannya telah mengering. Sedangkan sungai yang ada di desanya juga kering sejak beberapa bulan lalu.
“Sebenarnya ada sumur pompa di tengah lahan persawahan dekat desa kami yang airnya jernih, tetapi rasanya asin, semu pahit seperti air laut. Itupun harus antre berjam-jam dengan warga lain,” tutur Maryamah.
Ia menambahkan, karena tak tahan antre, banyak warga yang memanfaatkan air kotor dari irigasi setempat. Padahal, air itu bau.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Grobogan, Titi Rahayuningsih, mengatakan, pihaknya kewalahan melakukan menyalurkan air bersih kepada korban kekeringan di Desa Rejosari. Sebab, armada penyalurannya kurang.
“Kita hanya punya delapan armada. Setiap armada hanya mampu melakukan droping tiga tangki setiap harinya,” ucapnya.