JAKARTA – Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama (Kemenag), Waryono Abdul Ghafur, menilai bahwa kualitas nazhir atau pengelola wakaf di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Menurutnya, peningkatan sumber daya manusia dalam pengelolaan wakaf harus menjadi prioritas utama.
Waryono menegaskan bahwa semakin berkualitas nazhir wakaf, semakin optimal pula pengelolaan wakaf di Indonesia. Namun, ia mengungkapkan, saat ini masih sedikit nazhir yang memiliki latar belakang pendidikan formal tentang wakaf.
“Itu ternyata yang berlatar belakang kitab kuning jarang, yang berlatar belakang pesantren itu jarang,” ujarnya, saat memberikan sambutan dalam acara Waqf Talk 2025 bertajuk “Wakaf Saham Mengalirkan Kebermanfaatan Tanpa Batas” yang digelar di Jakarta belum lama ini.
Sebelumnya, Waryono juga menyampaikan keyakinannya bahwa penerimaan wakaf di Indonesia bisa mencapai jumlah yang sangat besar, bahkan lebih dari Rp200 triliun.
Optimisme ini didasarkan pada meningkatnya religiusitas masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya wakaf. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas nazhir menjadi kunci utama dalam mengoptimalkan potensi wakaf yang terus berkembang.
Pandangan serupa disampaikan oleh Ketua Forum Wakaf Produktif, Rayan Asa Luminaries. Ia menyoroti bahwa profesionalisme nazhir di Indonesia masih tergolong rendah.
Berdasarkan survei di 11 provinsi, hanya 16 persen dari 500 nazhir yang bekerja secara penuh waktu, sementara 84 persen lainnya hanya bekerja paruh waktu. Kondisi ini menghambat efektivitas pengelolaan wakaf.
“Kalau begitu, saya yakin menyelesaikan sertifikat wakaf saja butuh waktu minimal satu tahun,” tuturnya.