Sejak lahir bocah perempuan Palestina di Gaza terpaksa harus merasakan derita yatim dan penyakit langka. Namun Shahdu al-Afifi yang kehilangan ayahnya sejak lahir hidup di bawah asuhan neneknya tak pernah kehilangan harapan akan bantuan untuk berobat ke luar Gaza.
Kini Shahdu sudah berusia 6 tahun tanpak kelihatan mimik tanpa dosa di wajahnya sebab ayahnya gugur dua bulan sebelum lahir. Namun penyakit langka itu merusak seluruh tubuhnya dan menghalanginya untuk hidup normal sebagaimana anak-anak lainnya.
Shahdu terlahir dengan kulit lilin cair di sekujur wajah dan tubuhnya dan organ ujung yang tidak normal. Saat dilahirkan, para dokter memperkirakan akan meninggal dunia 24 jam setelah lahir. Namun Allah menakdirkan lain. Ia hidup bersama neneknya Ummu Emad. Sebab ibunya sendiri kembali ke keluarganya, menikah lagi dan menjalani kehidupan baru.
Sang nenek menyatakan kepada Pusat Informasi Palestina, Shahdu lahir dengan kelainan gen seluruh tubuhnya tertutup cairan lilin. Ibunya shok melihat anaknya sehingga saya kasihan dan merawatnya, tegasnya.
Hajah Ummu Emad merawat Shahdu dengan penuh cinta dan saat lahir pemandangannya sangat sulit di banding sekarang. Dokter yang melihatnya tak ada yang bisa memberikan jawaban dan solusi pengobatannya. Bahkan 10 hari setelah lahir tak disentuh oleh dokter sebab semua orang memperkirakan akan meninggal dunia.
Apakah karena fosfor putih ‘Israel’?
Ummu Emad mempertanyakan penyebab penyakit Shahdu yang tidak ditemukan oleh para dokter hingga sekarang. “Ini bayi pertama dari kedua orang tuanya dan tidak ada kasus serupa sebelumnya. Saya mencurigai penyebabnya rudal ‘Israel’ yang berhulu ledak bom fosfor putih ‘Israel’ meski saya tidak punya bukti meyakinkan.” Tegasnya.
Shahdu dilahirkan Agustus 2009 atau setelah agresi ‘Israel’ pertama ke Gaza atau 8 bulan setelah agresi yang dikenal oleh bangsa Palestina sebagai perang Al-Furqan. Di perang itu, ‘Israel’ menggunakan berbagai macam senjata berbahaya di antara senjata fosfor putih yang dilarang digunakan di pemukiman penduduk.
Fosfor putih adalah bahan kimia persis lilin putih transparan cenderung kuning. Baunya mirip bawang putih yang terbuat dari fosfat yang berinteraksi dan menyatu dengan oksigen sangat cepat. Dari interaksi itu menghasilkan gas panas membakar dan mengeluarkan asap putih tebal.
Ummu Emad dan suaminya tak pernah berhenti mencari penyembuhan. Sudah banyak dokter yang melihatnya termasuk dari dokter dari luar Gaza yang melihat. Sebagian mereka menyatakan, tubuhnya tertutup oleh zat lilin dan sebagian lagi menyebutkannya penyakit Inchthysis yang sangat langka di dunia.
Semua usaha penyembuhan berakhir gagal karena tidak ada dokter kulit khusus di Jalur Gaza. Di saat musim panas, Shahdu akan merasakan lebih panas lagi apalagi pori-porinya tidak menghasilkan keringat untuk melembabkan.
Tangan-tangan dermawan muncul buat Ummu Emad dan Shahdu memberikan harapan. Shahdu dijanjikan akan diobati oleh dokter di Australia. Kini sang nenek sedang menyiapkan dokumen resminya untuk keluar Gaza meski diblokade ketat. Apakah perlintasan Rafah yang dikendalikan oleh Mesir akan membuka pintu kasihan kepada Shahdu?? Sementara Shahdu tiap hari hanya menangis sambil memanggil ayahnya, kenapa ayah meninggalkanku? – InfoPalesina