JAKARTA, KBKNews.id – Mantan Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Matthew Miller, mengungkapkan bahwa Washington sebenarnya mengetahui rencana Israel untuk memperpanjang konflik di Gaza hingga “puluhan tahun”, meski di hadapan publik negara itu ikut terlibat dalam negosiasi gencatan senjata.
Dalam wawancara dengan Channel 13 Israel, Miller mengatakan bahwa di awal pecahnya perang, eks Menlu AS Antony Blinken sudah mengingatkan kabinet perang Israel tentang risiko pemberontakan tanpa akhir jika tidak ada kejelasan terkait masa depan Gaza.
Namun, peringatan itu justru dibalas oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan pernyataan bahwa konflik akan terus berlangsung selama beberapa dekade.
“Anda benar. Kita akan terus berperang dalam beberapa dekade mendatang. Memang seperti itu keadaannya, dan akan tetap seperti itu,” ucap Miller mengutip pernyataan Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu menanggapi pernyataan Blinken.
Channel 13 juga mengungkapkan Netanyahu bersama Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich berulang kali menolak kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas, setidaknya lima kali.
Hal ini dibenarkan Miller, yang menambahkan bahwa AS sadar Israel kerap menghambat upaya gencatan senjata, tetapi memilih tidak bersuara lantang.
Menurut Miller, sebagaimana dilaporkan Anadolu, Sabtu (23/8/2025), posisi diplomasi AS sering terbatas bahkan kadang tanpa mandat yang jelas, sehingga setiap perubahan situasi kerap mengejutkan meski tim utusan sedang bersiap melaksanakan misi.
Ia mencontohkan, ketika AS mendesak gencatan senjata enam pekan pada April 2024 untuk mencegah invasi Israel ke Rafah, Netanyahu tetap bersikeras akan melancarkan serangan dengan atau tanpa kesepakatan.
Miller juga menyebut, Israel memperumit negosiasi pada Juli 2024 dengan menambahkan tuntutan mengenai penguasaan Koridor Philadelphi, meski Hamas saat itu telah menyetujui proposal mediasi AS.
Netanyahu menunda hampir sebulan dan bersikeras mempertahankan kehadiran militer di perbatasan Gaza–Mesir. Para pejabat AS menilai langkah itu sebagai titik balik yang merugikan karena menggagalkan momentum menuju perdamaian.
“Ini konsisten dengan pola yang kami lihat selama berbulan-bulan. Pihak Israel selalu mencari cara untuk menambahkan syarat atau mempersulit ketentuan yang ada,” kata Miller.
“Itu mungkin yang paling membuat frustrasi, karena saat itu kami sudah sangat dekat dengan kesepakatan yang bisa saja memulangkan para sandera dan mungkin mengakhiri perang untuk selamanya,” lanjutnya.
Laporan Channel 13 juga menyebut bahwa pada akhir 2024, Netanyahu menolak proposal penting dari badan keamanan Israel, Shin Bet, dan memilih menunggu kemungkinan kembalinya Donald Trump ke kursi presiden AS.



