Oknum Tentara Perdamaian PBB Lakukan Pelecehan Seksual

BANGUI – Tim PBB sedang melakukan penyelidikan terhadap tuduhan pelecehan seksual yang dilakukan oknum pasukan perdamaian PBB terhadap anak jalanan di Bangui, Afrika Barat. Dua anak perempuan berusia kurang dari 16 tahun menjadi korban kekerasan seksual dan Misi Perdamaian PBB di Afrika (MINUSCA) menerima tuntutan pelecehan tersebut dan segera meprosesnya, Jumat (19/6/2015).

Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric menyampaikan hal itu kepada wartawan di Jenewa, Selasa (23/6/2015).

Anak-anak perempuan yang sudah mendapat perawatan medis tersebut melaporkan pelecehan tersebut kepada LSM pembela hak asasi lokal, bahwa mereka mendapat makanan dan barang-barang sebagai imbalan seks dan bahwa pelecehan seksual itu mulai terjadi sejak tahun 2014. Pihak LSM melanjutkan laporan ke UNISCA, menuntut pertanggungjawaban PBB.

Pasukan yang bertugas di negara itu pada Senin (22/6/2015) sudah diberitahu mengenai tuduhan-tuduhan tersebut dan diberi waktu sepuluh hari untuk menjelaskan ke PBB mengenai kebijakan yang disarankan untuk menanggapi tuduhan serius itu.

“Negara asal tentara dirahasiakan, jika tuduhan terbukti, ini akan menjadi pelanggaran berat terhadap prinsip-prinsip PBB dan tata laku pemelihara perdamaian. Negara anggota itu akan diminta mengambil tindakan cepat dan memberikan hukuman setimpal terhadap para pelaku,” kata dia seperti dilansir Kantor Berita AFP.

Dalam kasus sebelumnya, pasukan MINUSCA PBB telah meminta Maroko membuka penyelidikan formal setelah adanya tuduhan-tuduhan bahwa seorang tentaranya memperkosa seorang gadis yang berusia di kurang dari 16 tahun.

Satu laporan PBB yang dikeluarkan para penyelidik hak-hak asasi manusia tahun lalu membuat rincian pengakuan dari anak-anak di Republik Afrika Tengah yang mengatakan bahwa tentara Prancis, Chad dan Guinea Ekuatorial melakukan pelecehan seksual terhadap mereka.

Pelecehan seksual itu dilaporkan terjadi dari Desember 2013 hingga Juni 2014, beberapa bulan sebelum PBB mengambil alih misi Uni Afrika dengan pasukan MINUSCA.

Prancis mengumumkan tahun lalu bahwa 14 serdadunya menghadapi kemungkinan dakwaan-dakwaan dalam kasus tersebut, setelah surat kabar the Guardian melaporkan pelecehan-pelecehan yang dilakukan serdadu Prancis itu pada April 2015.

Menurut ketentuan PBB, personel yang bertugas dalam operasi perdamaian bisa menghadapi tuntutan di negara asal.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada Senin menugaskan tiga anggota panel untuk meninjau ulang penanganan tuduhan pelecehan seksual di Republik Afrika Tengah. Mereka akan mulai bekerja bulan depan dan menyampaikan laporan akhir dalam 10 pekan.

Seperti dilaporkan Antara, PBB telah mengerahkan 125.000 tentara pemelihara perdamaian dalam 16 misi di seluruh dunia. Pasukan MINUSCA ditugaskan pada September, menggantikan pasukan Uni Afrika yang dikirim untuk membantu pemulihan negara yang sebelumnya bergejolak karena kudeta itu.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here