Orang Indonesia paling banyak menelan mikroplastik

0
208
Sejumlah makanan dan minuman mengandung mikroplastik, baik dari kemasan, alat pengolah (talenan plastik) atau proses pengnsumsiannya (sedotan, kertas teh celup, gelas plastik dsb)

PENDUDUK Indonesia menurut hasil penelitian yang dipublikaiskan oleh Jurnal Environtmental Science & Technology paling banyak menelan mikroplastik dan nanoplastik di dunia.

Para peneliti mengungkapkan, penduduk Indonesia rata-rata mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per bulan. Posisi Indonesia kemudian diikuti Malaysia dan Filipina yang masyarakatnya juga paling banyak mengonsumsi mikroplastik di dunia.

Studi yang dipublikasikan jurnal ES & T pada 24 April 2024 tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara paling banyak mengonsumsi mikroplasrik di dunia dari total 109 negara.

Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran kurang dari lima milimeter yang dapat mengancam kesehatan jika tidak sengaja tertelan atau dimakan oleh manusia.

Berikut lima produk teratas yang menjadi sumber paparan mikroplastik  seperti yang dilaporkan  Euro News.

Hasil penelitian American Chemical Society (ACS) mengungkap, talenan plastik dapat membuat manusia terpapar hingga 79,4 juta mikroplastik polipropilena atau sejenis polimer plastik setiap tahunnya. Artinya, penggunaan talenan plastik berpotensi meningkatkan perpindahan mikroplastik ke makanan.

Talenan kaca tahan banting adalah alternatif terjangkau yang mudah dibersihkan dan biasanya bebas mikroplastik. Beberapa merek juga menawarkan talenan bebas plastik dari serat kertas.

Lalu, kantong teh dibuat dari plastik polipropilen yang tidak ramah lingkungan, dan bahkan kantong teh kertas pun dapat mengandung sisa plastik di lapisan penutupnya.

Air panas

Pada 2023, penelitian yang diterbitkan Dow University of Health Sciences menyebutkan, air panas untuk menyeduh teh dapat melepaskan jutaan mikroplastik dari kantong teh. Studi  mengungkapkan bahwa satu cangkir teh dapat mengandung hingga 3,1 miliar nanoplastik akibat kantong teh tersebut.

Kantong teh disebut mengandung zat berbahaya, termasuk senyawa fluor, arsenik, garam radium, aluminium, tembaga, timbal, merkuri, kadmium, barium, dan nitrat.

Banyak alternatif yang ramah lingkungan untuk menyeduh teh, seperti menggunakan teko besi atau saringan logam. Koalisi Polusi Plastik merekomendasikan penggunaan kantong teh katun atau menyaring teh melalui linen organik.

Sama seperti mikroplastik yang ditemukan dalam air kemasan, wadah es batu plastik juga dapat menyebabkan kontaminasi.

Menurut seorang professor yang diwawancarai HealthCentral, meski penelitian belum banyak, pembekuan plastik dapat menyebabkan mikroplastik larut ke dalam air, mirip dengan proses pada plastik yang dipanaskan.

Dalam beberapa tahun terakhir, pilihan yang lebih ramah lingkungan menjadi populer seperti wadah es batu baja tahan karat. Wadah es batu silikon dipromosikan sebagai alternatif berkelanjutan yang dianggap lebih sehat.

Produk plastik yang diberi label ‘aman untuk microwave’ dapat melepaskan sejumlah besar mikroplastik ke dalam makanan saat dipanaskan.

Sebuah studi pada tahun 2023 yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Nebraska-Lincoln menemukan hingga 4 juta mikroplastik per sentimeter persegi dalam makanan bayi kemasan plastik tertentu yang ‘aman untuk microwave’.

Sebaiknya hindari produk yang dikemas dengan ftalat, stirena, dan bisfenol, yang merupakan jenis bahan kimia yang terkait dengan berbagai plastik, menurut saran The American Academy of Pediatrics.

 Gelas kertas

Sementara Journal o Hazardous Materials menyebutkan, penggunaan gelas kertas untuk minuman panas juga dapat menyebabkan pelepasan berbagai bahan kimia, termasuk fluorida, klorida, sulfat, dan nitrat.

Memilih tempat minum kedap udara dan tahan karat adalah pilihan tepat. Tempat minum kedap udara juga dapat digunakan kembali sehingga tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan tetapi juga mengurangi paparan mikroplastik.

Melansir dari laman Kemenkes, mikroplastik adalah potongan plastik yang sangat kecil dan dapat mencemari lingkungan. Ada berbagai pendapat mengenai ukuran mikroplastik, namun ini didefinisikan memiliki diameter yang kurang dari 5 mm.

Mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan. Misalnya, mengkonsumsi ikan atau hewan air yang tercemar limbah plastik, menggunakan garam saat pengawetan ikan, atau menggunakan wadah makanan terbuat dari plastik.

Menurut ulasan di United Nations Development Programme (UNDP) dari PBB, bukti terbaru menunjukkan bahwa manusia terus-menerus menelan mikroplastik melalui makanan laut yang terkontaminasi, termasuk ikan dan kerang. Selain itu, mikroplastik telah ditemukan dalam air keran, air minum kemasan, dan bahkan minuman yang biasa dikonsumsi.

Sebuah studi tahun 2018 di Environmental Science & Technology juga memperkirakan bahwa rata-rata orang dewasa mengonsumsi sekitar 2.000 mikroplastik per tahun yang bersumber dari kontaminasi air laut.

90 persen protein hewani

Makanan yang kerap dikonsumsi sehari-hari bisa saja terkontaminasi mikroplastik. Studi bahkan mengungkapkan bahwa 90 persen protein hewani dan nabati telah terkontaminasi mikroplastik.

Studi yang diterbitkan pada Februari 2024 menunjukkan sampel pada protein hewani dan nabati dinyatakan positif mengandung mikroplastik, pecahan polimer kecil yang ukurannya dapat berkisar dari kurang dari 0,2 inci (5 milimeter) hingga 1/25.000 inci (1 mikrometer).

Tak hanya makanan sumber protein, sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin juga dapat menyerap kandungan mikroplastik, bahkan, garam merah Himalaya yang dianggap sehat juga bisa terkontaminasi potongan plastik yang mencemari lingkungan ini.

Sebuah studi menemukan adanya mikroplastik, partikel kecil berukuran satu mikrometer (seperseribu milimeter) hingga setengah sentimeter dalam hampir 90 persen sampel makanan berprotein.

Jurnal Environmental Pollution mengungkapkan, masyrakat dunia tidak bisa menghindar atau tanpa disadari mengosumsi makanan mengandung sedikitnya 11.000 potongan mikroplatsik setahun.

“Tidak ada cara untuk bersembunyi dari plastik saat anda makan,” kata George Leonard, salah satu penulis studi dan kepala ilmuwan di Ocean Conservancy, dikutip dari The Washington Post (kompas.com, 7/11)).

Temuan penelitian itu  memberikan bukti lebih lanjut keberadaan partikel plastik kecil yang ada di mana-mana. Lantas, apa saja makanan yang mengandung mikroplastik?

Para peneliti di lembaga nirlaba Ocean Conservancy dan University of Toronto menganalisis lebih dari selusin jenis protein umum yang banyak dikonsumsi sehari-hari.

Ditemukan sejumlah protein yang dikonsumsi sehari-hari yang  mengandung mikroplastik, di antaranya produk hasil laut, daging babi, daging sapi dan daging ayam, bahkan hasil penelitian juga menemukan mikroplastik dalam buah-buahan dan  sayuran.

Jika ingin hidup sehat, penyajian dan pengolahan makanan juga harus diperhatikan agar bebas dari kontaminasi mikrolastik.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here