DUA tokoh nasional Pakistan yang berkontestasi memperebutkan jabatan perdana menteri yakni Nawaz Sharif dan Imran Khan, sama-sama mengklaim kemenangan pada pemilu yang digelar, Kamis lalu (8/2).
Nawaz Sharif pernah dua kali menjabat perdana menteri yakni antara Nov. 1990 dan Juli 1993, dan Feb. 1997 sampai Okt. 1999, sedangkan Imran Khan juga pernah menjabat perdana menteri pada periode antara Agustus 2018 dan April 2022.
Sharif yang memimpin partai Liga Muslim Pakistan (PML-N) dilaporkan meraih 69 dari 265 kursi di parlemen, sehingga ia harus mencari mitra koalisi karena gagal memperoleh suara mayoritas, sementara Partai Independen pimpinan Khan meraih 98 kursi.
Khan yang mantan perdana menteri dan juga politisi paling popular di negeri itu dijeblosksn ke penjara pekan lalu atas tuduhan penghianatan, korupsi dan perkawinan tidak syah dan oleh Mahkamah Agung dan Komite Pemilu , partainya Pakistan Tehreek- e-insyaf (PTI) dilarang menggunakan simbulnya berupa kelelawar kriket.
Akibat laragan tersebut, para calon anggota legislatif dari PTI terpaksa maju sebagai kandidat independen, sementara seorang analis politik Azim Chaudry menyebutkan, perlakuan terhadap PTI bagai pengaturan suara sebelum pencoblosan dan keseluruhan proses penobatan.
Partai Rakyat Pakistan di bawah putera PM Benazir Bhuto yang tewas akibat ledakan bom bunuh diri beberapa tahun lalu, Billawal Bhuto Zardari dalam pemilu kali ini mengumpulkan 51 suara, selebihnya dikumpulkan oleh sejumlah partai kecil lainnya.
Kepada para pendukungnya yang berkumpul di luar rumahnya di kota Lahore timur, Sharif mengemukakan, sebagai partai terbesar di Pakistan, Liga Muslim harus mampu membawa Pakistan keluar dari pusaran arus.
‘”Kami mengundang siapa pun yang mendapatkan amanah, independen mau pun partai untuk duduk bersama membantu negara yang terluka untuk bangkit kembali.
Sedangkan pimpinan Partai Tehreek -e-Insaf pimpinan Khan menyampaikan pesan audio visual yang dbuat dengan kecerdasan buatan (AI) lalu disebar ke akun media sosial miliknya.
Khan menolak klaim kemenangan Sharif, dan mengucapkan selamat pada para pendukungnya karena sudah memenangi pemilu dan mendesak mereka untuk melindungi hasil perolehan suara.
Publik juga merespons keras aksi pemerintah menghentikan layanan internet dan telpon seluler dengan alasan keamanan sehingga warga tidak bisa mengakses informasi saat diperlukan.
Pemilu Pakistan kali ini juga diramaikan dengan aksi pemboman di kantor pemilu sebuah parpol dan kandidat independen di barat daya Pakistan, jelang pemungutan suara, Kamis lalu,menewaskan 25 orang dan sejumlah terluka.
Pergulatan kekuasaan oleh para elite di panggung politik, acap kali mengorbankan rakyat di akar rumput. (AP/AFP/Reuters/ns)