NEPAL – Sabina, 18, adalah seorang ibu baru, ia korban gempa yang mengguncang Nepal (25/4/2015), dia terluka parah karena gempa itu.
Kendatipun demikian, saat ia ditemukan relawan, ia masih bernapas. Sebuah helikopter dikerahkan untuk menolongnya.
Semenit menjelang diterbangkan, Sabina mendadak tidak bernapas. dr. Gupta memeriksanya, Sabina tidak merasakan apa-apa dan tidak menggerakkan kakinya.
“Kami tidak bisa lagi mendeteksi denyut nadi -. Baik di pergelangan tangannya atau di lehernya. Aku memeriksa pupil matanya, dan berusaha keras untuk membangunkannya, karena kami tengah berada di pedesaan,” cerita Gupta seperti dikutip dari CNN.
Tidak ada defibrillator di helikopter yang dapat digunakan untuk memberikan sentakan untuk memulai jantungnya bergerak, tidak ada pula cairan infus, tidak ada kit pertolongan pertama, tidak ada peralatan medis untuk menangani keadaan darurat seperti ini.
dr. Gupta mengatakan, Sabina akan mati tanpa perawatan medis yang tepat. Tiada pilihan lain, Gupta pun memberikan pukulan ke dadanya. Keajaiban pun terjadi, Sabina pun bernapas kembali.
Setelah Sabina sadar, ia dinaikan ke helikopter dan dilarikan ke rumah sakit melewati pegunungan yang tinggi.
Sabina adalah salah satu dari 13.000 pasien luka yang memenuhi rumah sakit di Kathmandu. Pasien menumpuk dengan keterbatasan peralatan medis dan obat-obatan. Semuanya benar-benar kacau di Kathmandu.
Ketika gempa terjadi Sabina baru saja pulang dari pusat kesehatan di desanya untuk mengimunisasi anaknya yang berumur enam minggu. Ia merasakan bumi berguncang, langit runtuh, bayinya terlepas dan kakinya pun terkena reruntuhan bangunan.
Ia shock ketika merasakan kakinya tak berfungsi. Untunglah bantuan segera datang dan menyelamatkan ia dari kritis dan kini ia harus dirawat di rumah sakit. Anaknya yang masih bayi dirawat oleh suaminya di rumahnya di desa.