KECEMASAN dunia terkait pembalasan Israel atas Iran menjadi kenyataan, serangan udara terbatas, belum diketahui oleh drone atau pesawat tempur, mengguncang Teheran, Sabtu dinihari (26/10) waktu setempat.
Jubir militer Israel Daniel Hagari seperti dikutip NPR melaporkan, serangan Israel menyasar situs-situs militer Iran yang digunakan untuk memproduksi rudal, sementara media Iran menyebutkan, sejumlah ledakan keras terdengar Sabtu di pagi buta itu disusul langit di atas Teheran yang memerah.
Sementara pemerintah Iran mengklaim tidak ada korban jiwa, dan serangan itu hanya mengakibatkan kerusakan terbatas di beberapa titik.
Serangan Israel dilancarkan sebagai balasan peluncuran 180 rudal dan drone Iran ke wilayah Israel 1 Oktober lalu dipicu tewasnya pemimpin milisi Hizbullah dukungannya, Hassan Nasrallah pada 27 September 2024 dan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang sedang berkunjung di Teheran 31 Juli lalu.
Sebelumnya, Iran juga melancarkan serangan dengan 110 rudal balistik dan 30 rudal jelajah ke wilayah Israel 19 April lalu sebagai balasan atas seangan udara Israel yang menewaskan dua jenderal pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) Jenderal Moh. Reza Zahedi dan Hadi Rahimi yang ditempatkan di Damaskus, Suriah awal April lalu.
Atas bujukan masyrakat internasional termasuk AS dan negara-negara Barat lainnya Israel diminta menahan diri untuk tidak membalas kedua serangan Iran itu, mengingat kerusakan yang ditimbulkan ringan berkat sistem pertahanan Iron Dome yang dimilikinya.
Namun, indikasi Israel akan balas menyerang Iran, makin nyata, tercermin dari pernyataan PM Israel Benjamin Netanyahu yang menegaskan, setiap serangan tehadap negeri dan rakyatnya tidak akan dibiarkan begitu saja.
“Tidak ada wilayah di Timur Tengah yang tidak terjangkau oleh Israel, “ seru PM Israel itu seperti dikutip AFP (1/10) seraya mengingatkan, rezim penguasa Iran sedang membawa rakyatnya lebih dekat ke tubir jurang kehancuran.
Belum ada klaim dari Israel mau pun Iran tentang capaian atau akibat serangan itu, namun menurut Kantor Berita Tasnim yang berafiliasi dengan Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC), Iran akan membalasnya.
Selain menyerang Iran, militer Israel (IDF) dilaporkan meluncurkan sejumlah rudal ke wilayah Suriah dalam waktu berdekatan dengan serangan ke Iran, Sabtu (26/10) dini hari untuk “melumpuhkan” situs radar Iran yang dipasang di Suriah, negara sekutunya.
Sebaliknya pasukan pertahanan udara (hanud) Suriah mengatakan, rudal-rudal Israel diluncurkan dari arah Dataran Tinggi Golan dan wilayah Lebanon yang diduduki pasukan negara Yahudi itu.
Perimbangan Kekuatan
Menurut catatan Global Firepower 2024, anggaran militer Israel bertengger pada posisi ke-19 sebesar 24,4 milyar dollar AS (setara Rp385 triliun), sedangkan Iran pada urutan ke- 33 sebesar 9,95 miliar dollar AS (sekitar Rp156,7 triliun).
Dikepung dan berseteru dengan negara-negara Arab sejak merdeka 1948, pasukan pertahanan Israel (IDF) terus diperkuat, dan didukung teknologi dan juga negara-negara Barat terutama AS, Israel bahkan juga masuk dalam deretan kekuatan nuklir dunia dan juga salah satu pengekspor alutsista.
Sebaliknya, Iran juga menyandang negara dengan militer terkuat di kawasan Teluk, walau diembargo oleh AS sejak Revolusi Iran pada 1979, didukung Rusia, China atau Korea Utara terus, mengembangkan rudal-rudal balistik yang diklaimnya bisa menjangkau Tel Aviv.
IDF memiliki 170.000 personil tetap dan 465.000 cadangan. AD-nya didukung 1.370 tank termasuk 500-an unit Merkava (lokal) dan 6.135 kendaraan lapis baja, 1.000 pucuk artileri medan dan 650 meriam swagerak serta 48 satuan roket atau rudal.
AU Israel mengoperasikan 612 aneka pesawat, a.l 246 pesawat tempur buatan AS (termasuk 75 unit siluman F-35 Super Lightning, 52 unit F-15 Eagle dan 23 unit F-15 Strike Eagle, 141 unit F-16 Fighting Falcon dan 146 helikopter serang termasuk 50 unit UH-60 Black Hawk dan AH-64 Apache (semua buatan AS).
Sedangkan AL Israel didukung 70-an unit kapal perang termasuk tujuh jenis korvet , 30-an kapal cepat rudal (semua buatan dalam negeri), dan 17 kapal selam (buatan patungan Jerman-lokal) dan jenis Dolphin eks-Inggeris serta belasan kapal meriam.
Untuk menghadapi serangan rudal taktis dari musuh-musuhnya, Israel menyiapkan sistem hanud terintegrasi Iron Dome (Kubah Besi), David Slings, sistem Arrow dan rudal anti rudal Patriot dan teranyar sistem Area Pertahanan Ufuk Tinggi (Therminal High Altitude Area Defence – THAAD) dari AS..
Sistem rudal anti rudal Patiot seri PAC (terbaru seri PAC-3 MSE) buatan AS sudah combat proven atau teruji mampu menjatuhkan rudal-rudal balistik Scud eks-Soviet yang diluncurkan Irak dipimpin Saddam Husein ke wilayahnya dalam Perang Teluk 1990.
Sedangkan AB Iran didukung 610.000 personil tetap dan 350.000 personil cadangan tremasuk satuan Garda Revolusi (IRGC).
AD Iran mengoperasikan 2.000-an tank, sebagian besar peninggalan Uni Soviet seperti T-62 dan T-72 serta 800-an unit Karrar buatan lokal, 4.873 pucuk artileri medan, 1.030 artileri swagerak dan 1.775 satuan rudal atau roket.
Kekuatan matra laut Iran didukung 101 kapal perang termasuk tujuh fregat eks-Inggeris, tiga korvet (eks-AS), dan enam kapal selam (tiga kelas Kilo warisan Uni Soviet, tiga lagi kapal selam pantai dan mini (midget) buatan galangan lokal.
AU-Iran mengoperasikan 575 aneka pesawat termasuk 215 pesawat tempur lawas buatan AS seperti 63 unit F-4 Phantom, 41 unit F14 Tomcat, 19 unit MiG-29 dan 23 unit Sukhoi SU-24 (eks- Soviet), 17 unit Chengdu J-7 (China) dan Mirage F-1 (Perancis).
Selama diembargo oleh Barat sejak awal 1980-an, Iran terus mengembangkan rudal-rudal taktis seperti Shahab-1, Shahab-2 dan Shahab-3, Feteh, Fajr, Ghadir dan Samid yang sebagian diklaim mampu menjangkau seluruh wilayah Israel.
Eskalasi konflik yang menyeret kekuatan lainnnya dikhawatirkan tidak dapat dhindarkan jika Iran melancarkan serangan balasan terjadap Israel.
Dari sisi militer, agaknya Iran sulit menangkal serangan udara Israel yang didukung pesawat-pesawat tempur Fighting Falcon F-16, Eagle F-15 dan pesawat generasi ke-5 Super Lightning F-35, sementara AU Iran masih mengoperasikan pesawat-pesawat lawas eks AS.
Sebaliknya, seperti perkiraan Jenderal McKnzie dari AU AS (USAF), Iran mengandalkan sekitar 3.000- an rudal balistik, baik buatannya sendiri maupun pasokan Rusia dn Korut yang sebagian dilaporkan berkualifikai rudal jelajah (cruise missile) yang mampu menjangkau wilayah Israel.
Kali ini sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome (Kubah Besi) yang dirancang untuk mendeteksi, menganalisa dan menjatuhkan target jarak pendek berupa proyektil (peluru meriam, roket atau rudal) yang berpotensi menimbulkan risiko akan diuji Iran.
Sistem Iron Dome hanya merespons target yang mengancam, jika tidak, dilepaskan saja jatuh di ruang kosong untuk ngirit biaya.
Israel mengoperasikan Iron Dome sejak 2011 yang saat ini dipasang di 10 titik dengan masing-masing 20 rudal Tamir pencegat obyek di udara berjangkauan pendek (empat sampai 60 km).
Namun dua kali serangan ratusan rudal Iran ke wilayah Israel April dan awal Oktober lalu membuktikan, satu dua rudal ada juga yang lolos, bahkan jatuh di Tel Aviv walau kerugian yang dialami negara Yahudi itu ringan.
Sistem hanud berlapis-lapis
Selain Iron Dome yang dibuat bersama AS, Israel memiliki sistem (hanud) berlapis-lapis. Untuk target di atas 60 km sampai 300 km digunakan sistem David Slings dan untuk menghadapi rudal balistik, Israel mengoperasikan sistem Arrow buatan AS.
Israel juga mengopeasikan sistem hanud terbaru Terminal High Altitud Areal Defence (THAAD) atau Area Pertahanan Udara Altitud Tinggi buatan AS yang menggunakan benturan energi kinetik (bukan hulu ledak) yang baru dipasok AS.
Sementara sistem hanud terpadu Iran seperti dilaporkan IRNA, mengklaim berhasil menembak jatuh sejumlah target musuh di atas Provinsi Teheran, namun tidak dirinci, apakah pesawat tempur atau drone.
Menurut catatan, sistem hanud Iran menggunakan a.l. kanon tiga laras ZSU-23 (kaliber 23 mm) eks Soviet, kanon Samavat (35 mm) dan Sa’ir (100 mm) buatan lokal untuk menembak sasaran udara ketinggian rendah.
Rudal hanud jarak pendek a.l. Rapier eks-Inggeris, Herz-9, Azarakh dan Zahra, Kamim, Mersad (lokal) serta Tor (eks-Soviet) dan rudal jarak jauh (80 – 100 km) a.l. Sayyad 1, Sayyad 2 (lokal) dan S-200 serta S-300 eks Soviet yang mampu mengejar sasaran berjarak 180 km. Iran juga mengembangkan rudal-rudal panggul untuk pertahanan udara ringan.
Sampai hari ini belum bisa dikonfirmasi hasil yang dicapai dan akibat serangan Israel tersebut. Jika tidak satu pun pesawat penyerang dijatuhkan, kemungkinan AU Israel menggunakan pesawat-pesawat F-35 berkualifikasi siluman sehingga tidak terendus radar Iran.
Bisa jadi, Israel menggunakan sistem pengacak radar sehingga membutakan sistem hanud lawan atau melakukan serangan dengan drone-drone bunuh diri Harpy yang teruji sukses menghancurkan tank-tank eks-Rusia milik Armenia dalam perang Armenia vs Azerbaijan Sept. 2023.
Namun mengingat jarak terpendek Israel dan Teheran sekitar dua ribu Km, sementara jangkauan drone Harpy hanya 500 km, mungkin saja drone drone penyerang itu diangkut pesawat dan baru dilepaskan setelah mendekati target atau bisa jadi jarak jangkaunya sudah ditingkatkan?
Yang jelas, konflik Israel-Iran bisa bereskalasi menyeret kekuatan AS bersama NATO yang berada di belakang negara Yahudi itu, sebaliknya China, Rusia dan Korea Utara bakal memihak Iran. Jika kepepet, Israel tentu akan menggunakan kekuatan nuklirnya.
Pemimpin-pemimpin dunia yang cinta damai hendaknya cawe-cawe mencegah perang antara kedua raksasa militer di Timur Tengah itu yang jelas bakal menyengsarakan rakyat keduanya, juga memperbutuk perekonmian kawasan dan global yang baru bangkit dari pandemi Covid-19. (AFP/Reuters/ns)
catatan: Laporan terakhir dari media Barat menyebutkan, serangan Israel dilancarkan oleh sejumlah pesawat tempur siluman F-35 Super Lightning II buatan AS yang melepaskan rudal-rudal presisi jauh dari target dan terbang di wilayah Irak yang dikontrol AS.
Selain situs-situs rudal pertahanan udara S-200 dan S0300 milik Iran, pesawat-pesawat tempur Israel juga menyasar radar radar dan fasilitas nuklir Iran.