Stigma negatif Kecamatan Sukolilo

0
229
Lokasi pembantaian sadis oleh sejumlah warga Desa Sumbersoko, Kec. Sukolilo, Pati, jateng terhadap bos rental BH (52) 6 Juni lalu harus diusut tuntas

STIGMA Kecamatan Sukolilo, Kab. Pati, Jawa Tengah sebagai wilayah pusat “penadah” kendaraan curian atau berpelat bodong menjadi viral di medsos pekan-pekan terakhir ini setelah terjadi pembantaian terhadap bos pengusaha rental BH (52) 6 Juni lalu.

BH tewas dianaya oleh sejumlah warga Desa Sumbersoko, Kec.Sukolilo setelah diteriaki “maling” saat dengan kunci cadangan, hendak membawa mobil rental miliknya, sedangkan tiga rekannya, masih mujur walau babak belur, nyawa mereka masih terselamatkan.

Kronologis kejadiannya: Warga yang melihat BH membawa mobil yang diparkir dihalaman rumah warga bernama Aries, berteriak “maling”, sehingga sontak warga berhamburan mengejar korban, lalu menganiaya mereka.

Sementara itu video pengeroyokan di Sukolilo, Pati viral di media sosial. ‘Sukolilo’ bahkan sempat menjadi trending topic di X (Twitter), Sabtu (8/6). Dalam video yang beredar, empat pria terkapar di tengah kerumunan warga yang menghakimi mereka.

Sesekali beberapa pelaku masih saja menghadiahi bogem mentah kepada keempat pria malang yang sudah tidak berdaya itu, bahkan batu berukuran besar dihantamkan juga ke salah satu korban yang dijadikan bulan-bulanan aksi brutal warga.

BH, pemilik rental mobil Mitra Cempaka beralamat di Jalan Sumur Batu Raya, Kemayoran, Jakarta Pusat itu dinyatakan meninggal dunia di TKP sementara tiga rekannya yakni SH (28) warga Jakarta Barat, KB (54) warga Kabupaten Tegal, dan AS (37) warga Jakarta Timur dilarikan ke RS terdekat.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur AKBP Armunanto Hutahean saat dikonfirmasi mengamini, BH pernah membuat laporan kehilangan kendaraan Honda Mobilio yang dibawa kabur oleh penyewanya.

“Betul, korban pernah melapor, “ ujarnya, namun Armunanto tak merinci penyewa yang dilaporkan, sejak kapan mobil disewa dan dinyatakan hilang dan dia hanya menyebut kasus tersebut dalam masih dalam penyelidikan.

Kasat Reskrim Polresta Pati Kompol Muhammad Alfan menjelaskan, empat korban berangkat dari Jakarta untuk mengambil mobil rental yang belum dikembalikan penyewa.

Berdasarkan penelusuran GPS, mobil tersebut berada di wilayah Sukolilo, Pati, sementara salah sat korban, Alfan menjelaskan, mereka berempat langsung mengambil mobil menggunakan kunci cadangan tanpa memberi tahu terlebih dahulu.

Dalam kasus ini, polisi telah menetapkan empat tersangka, yakni EN (51), BC (37), AG (35), dan M 937). Mereka dijerat Pasal 170 ayat 2 ke-3 KUHP dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara.

Sementara warga di tempat mobil rental itu diparkir, Aris mengaku, mobil tersebut ia pinjam dari temannya dan saat kejadian ia sedang berada di kantor, tidak di TKP.

Tayangan video pengeroyokan di Sukolilo, Pati itu pun viral di media sosial, bahkan ‘Sukolilo’ sempat menjadi trending topic di X (Twitter), terkait aksi pembantaian terhadap bos pengusaha rental itu.

Jadi sorotan publik

Kec. Sukolilo pasca kejadian itu menjadi sorotan negatif publik, selain aksi tidak berperikemanusiaan terhadap BH, memang sudah sejak tahun 2000-an jadi sarang kendaraan bodong.

Menurut tokoh masyarakat setempat, Darmo Kusumo, kendaraan bodong terutama roda dua banyak terdapat di kecamatan Sukolilo sejak tahun 2000-an, ada juga satu-dua kendaraan beroda empat.

Sikap abai atau pembiaran oleh aparat penegak hukum, agaknya membuat transaksi kendaraan bodong hal biasa saja di Kec. Sukolilo dan warga pun selain bersikap permisif, ada yang menikmatinya, bisa memiliki kendaraan dengan harga miring.

Kapolda Jawa Tengah Irjenpol Ahmad Luthfi meminta masyarakat tidak main hakim sendiri dan juga ia menyebutkan, kejadian di Pati tersebut bisa juga terjadi di wilayah lain sehingga tidak pas jika Sukolilo distigmakan sebagai wilayah “penadah kendaraan”.

Hal senada juga disampaikan Pj Bupati Pati Henggar Budi Anggoro yang meminta agar semua pihak meluruskan agar Pati tidak diklaim sebagai wilayah tempat dilakukannya hal yang negatif.

Faktanya, aksi brutal itu terjadi, dan selayaknya pejabat introspeksi, terkait pengabaian  dan kelambanan aparat mencegah dan menangani transaksi kendaraan bodong yang sudah berlangsung lama terjadi di wilayah otoritasnya, bukannya malah sibuk menafikan stigma publik terhadap wilayah itu

Last but not least, dalam perspektif lebih luas, perlu dikaji lebih jauh dari sisi antroplogi, sosiologi atau psikologi massa, jangan-jangan sadisme dan kebrutalan sudah dianggap lumrah di negeri ini sehingga tidak mustahil tak terjadi lagi di tempat lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here