LONDON – Inggris sedang mengalami gelombang kerusuhan terburuk dalam 13 tahun, di mana pengunjuk rasa ekstrem kanan menargetkan pencari suaka dan komunitas etnis minoritas di seluruh negeri.
Gelombang disinformasi antimuslim di media sosial telah memicu islamofobia dan kekerasan ekstrem kanan setelah penikaman fatal di Southport, Inggris utara, pada 29 Juli.
Laporan palsu yang disebarkan oleh akun media sosial ekstremis sayap kanan mengklaim bahwa tersangka penikaman adalah seorang imigran muslim. Tuduhan tersebut diiringi dengan teriakan-teriakan pedas dari massa islamofobia.
Kepolisian menyebut tersangka sebagai seorang pemuda 17 tahun yang lahir di Cardiff, ibu kota Wales, dan tinggal di desa dekat Southport.
Kekerasan dimulai pada Senin (29/7/2024) ketika tiga gadis kecil berusia enam, tujuh, dan sembilan tahun tewas akibat penikaman di Southport. Pada Selasa (30/7/2024), kerusuhan merebak di Southport sepanjang malam.
Sekitar 300 orang, termasuk anggota Liga Pertahanan Inggris yang antimuslim, menyerang masjid di kota tersebut, menyerang polisi, membakar mobil, menghancurkan properti, dan melukai sedikitnya 50 petugas. Polisi Merseyside menangkap empat orang.
Keesokan harinya, Rabu (31/7/2024), kekacauan menyebar ke Newton Heath di utara Manchester. Para perusuh menargetkan hotel Holiday Inn yang menampung pencari suaka, melemparkan benda ke arah polisi, dan menyerang seorang sopir bus.
Kekerasan juga terjadi di luar Downing Street di London, di mana perusuh menyerang polisi dan melemparkan suar, mengakibatkan lebih dari 100 orang ditangkap. Sekitar 200 orang berkumpul di luar sebuah hotel di Aldershot yang menampung pencari suaka.
Kekerasan meluas ke seluruh Inggris dan Belfast, Irlandia Utara. Di Sunderland, massa membakar mobil dan kantor pemerintah.
Di Rotherham, ratusan pengunjuk rasa sayap kanan merusak Holiday Inn Express yang menampung pencari suaka, melemparkan batu bata ke arah polisi, menghancurkan jendela hotel, dan membakar tong-tong sampah.
Lebih dari 140 orang telah ditangkap sejak Sabtu malam (3/8/2024). Situasi masih bergejolak, dan pihak berwenang meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah kekerasan lebih lanjut.