Potensi sesar aktif di Kendal, Jateng

Tim peneliti BRIN menemukan sesar aktif di wilayah Kendal, Jawa Tengh yang harus dimitigasi demi menekan risiko bencana (foto: detik.com)

BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang melakukan ekspedisi geologi darat mengungkap potensi sesar aktif di wilayah Kendal, Jawa Tengah, khususnya di kawasan Bendungan Juwero, dengan indikasi kuat pergerakan magma dalam kerak bumi.

Tim peneliti BRIN, dilansir Kompas.com (12/8) menemukan jejak gawir sesar setinggi 0,5–3 meter serta singkapan sesar aktif yang menandakan aktivitas tektonik Holosen—periode geologi dari 11.700 tahun lalu hingga sekarang.

Bahkan, ada bagian sesar yang terangkat hingga 20 meter di atas sungai, menjadi bukti nyata adanya pergerakan kerak bumi dalam rentang waktu geologis.

Sesar aktif adalah retakan atau patahan pada kerak bumi yang berpotensi memicu gempa bumi. Sesar dianggap aktif jika terdapat pergerakan yang teramati atau bukti aktvitas seismik dalam 10.000 tahun terakhir.

Koordinasi

Menanggapi temuan tim BRIN, Pj. Sekda Kabupaten Kendal, Agus Dwi Lestari, mengatakan pemerintah daerah akan menindaklanjuti dengan berkoordinasi bersama BRIN dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

“Sebagai langkah awal setelah mendapatkan informasi secara detil, maka dapat kita mitigasi kesiapsiagaan bencana dan masyarakat kita himbau untuk waspada pada titik-titik lokasi bencana,” kata Agus, (12/8).

Agus menambahkan, sesuai instruksi bupati, SK Tanggap Darurat atau SK Posko akan diterbitkan setelah informasi lengkap didapatkan.

“Beberapa titik memang sudah mengalami sesar seperti di Dusun Jumbleng, Desa Sidokumpul, Kecamatan Patean. Kami mempunyai rencana untuk pembelian EWS (Early Warning System) agar dapat membantu mendeteksi  pergeseran tanah secara dini,” ujarnya.

Sementara Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kendal, Untung menegaskan,  wilayah sepanjang Pantura Jawa memang mengalami penurunan permukaan tanah atau land subsidence akibat abrasi.

Menurut dia, meski keberadaan sesar aktif ini belum bisa diprediksi kapan akan memicu gempa, fenomena tersebut merupakan proses geologi panjang yang bisa memakan waktu hingga ribuan tahun.

“Kami menghimbau masyarakat agar tetap tenang, tidak perlu khawatir. Tetapi harus waspada, meskipun hal ini baru sebatas penelitian,” kata Untung.

Sejauh ini belum ada teknologi yang memastikan kapan pastinya gempa akan terjadi dan berapa besarannya, namun dengan aksi mitigasi, diharapkan risiko becana bisa ditekan hingga seminimal mungkin.

 

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here