SETELAH diwarnai spekulasi terkait kaburnya Presiden Bashar al-Assad setelah ibu kota Suriah, Damaskus jatung ke tangan pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS), ia dilaporkan berada di Rusia.
Semula ia diduga melarikan diri ke Uni Arab Emirat, namun beberapa jam kemudian, kantr berita pmerintah Rusia menyebutkan, Assad dan sejumlah keluarganya berada di Moskow untuk meminta suaka politik.
Dalam sebuah posting di aplikasi Telegram, Minggu (8/12), Kemlu Rusia mengatakan Assad meninggalkan Suriah setelah berunding dengan pejuang oposisi. Ia memberikan ‘instruksi’ untuk mentransfer kekuasaan secara damai’.
“Rusia tidak berpartisipasi dalam negosiasi ini. Namun kami telah mengikuti peristiwa dramatis ini dengan penuh rasa cemas, “ demikian pernyataan kemenlu Rusia yang dimuat di Instagram tersebut.
Sementara itu, ribuan massa berkumpul di alun-alun utama Damaskus sambil melambaulann tangan dan meneriakkan:” kebebeasan” dari rezim otoriter diasi Assad yang teah berkuasa sejak setengah abad lalu.
Ratusan warga Damaskus yang turun ke jalan seperti dilaporkan AP, memasuki rumah mewah kediaman Presiden Assad yang tampak berantakan, kabinet dan rak buku kosong, lukisan-lukisan serta barang-barang pribadi lainnya berserakan di lantai.
Seorang pria tampak berusaha mengambil lampu kristal, sedangkan warga lainnya melihat-lihat ruangan, sementara di unggahan foto lainnya, sekelompok orang berpose dengan senyum dan gestur perdamaian.
Reaksi pembrontak di Suriah
Pemimpin kelompok pemberontak terbesar di Suriah, Abu Mohammed al-Jolani alias Ahmad Al Sharaa, mengatakan, kemenangan melawan Assad adalah kemenangan bagi negara Islam.
Ia menyebut selama ini Assad telah menjadikan Suriah sebagai sapi perah dari kerakusan Iran.
“Assad telah menjadikan Suriah ladang bagi keserakahan Iran. Assad juga menjadikan Suriah sebagai pangkalan bagi amfetamin ilegal Captagon yang mendatangkan uang tunai bagi lingkaran Assad,” ujarnya.
Sementara itu, video-video dari Damaskus memperlihatkan keluarga-keluarga berjalan ke istana presiden. Nampak beberapa orang keluar membawa tumpukan piring dan barang-barang rumah tangga lainnya.
“Saya tidak tidur tadi malam, dan saya menolak untuk tidur sampai saya mendengar berita tentang kejatuhannya,” kata Mohammed Amer Al Oulabi, 44 tahun, yang bekerja di sektor kelistrikan.
“Dari Idlib ke Damaskus, mereka (pasukan oposisi) hanya butuh beberapa hari, syukurlah. Semoga Tuhan memberkati mereka, singa-singa heroik yang membuat kita bangga.”
Kerumunan orang berkumpul di ibu kota untuk merayakan dengan nyanyian dan doa dan sesekali melepaskan tembakan ke udara untuk merayakan tumbangnya rezim Assad yang selama 50 tahun memimpin dengan tangan besi.
Bagi penguasa, kekuasaan adalah segala-galanya, sehingga harus dipertahankan selama mungkin, masalahnya, jika sudah tiba saatnya, bakal berakhir juga.