BURUNDI – Ketegangan di Burundi telah meningkat sejak Presiden Pierre Nkurunziza pada Sabtu (25/4/2015) mengumumkan upayanya untuk meraih masa jabatan ketiga. Bentrokan sengit antara polisi dan penentang Nkurunziza terjadi.
Laporan Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) mengatakan, dalam satu bulan belakangan, lebih dari 20.000 pengungsi Burundi mengungsi ke Rwanda, mereka khawatir terhadap kerusuhan yang berkaitan dengan pemilihan presiden.
Kementerian Urusan Pengungsi dan Penanganan Bencana di Rwanda bekerja sama dengan berbagai lembaga kemanusiaan termasuk UNHCR untuk membagikan bantuan darurat seperti makanan, tempat berteduh, obat dan air buat pengungsi tersebut
Kementerian tersebut juga merelokasi semua pengungsi Burundi di Rwanda Selatan ke kamp yang baru didirikan, Mahama, di Rwanda Timur, beberapa kilometer dari perbatasannya dengan Tanzania. Perempuan dan anak-anak dalam kelompok pertama pengungsi akan dipindahkan ke kamp baru.
Burundi berencana menyelenggarakan pemilihan anggota parlemen pada Mei dan pemilihan presiden pada Juni.
Oposisi menyatakan keputusan Nkurunziza untuk maju lagi untuk menjadi presiden ketiga kalinya telah melanggar Undang-Undang Dasar Burundi, yang hanya mengizinkan seorang presiden hanya dibolehkan dua periode saja.
Namun, para pendukung presiden mengatakan masa jabatan pertamanya tak dihitung sebab ia diangkat oleh parlemen, bukan dipilih oleh rakyat. Hal inilah yang menjadi pemicu ketegangan di Burundi. – Antara/MEP